Vatikan Lakukan Prosedur Khusus untuk Jenazah Paus Fransiskus Jelang Pemakaman

Meninggalnya Paus Fransiskus pada usia 88 tahun menandai akhir dari masa kepemimpinan yang penuh warna di Vatikan. Pemakaman akan dilaksanakan pada Sabtu, 26 April 2025 setelah disemayamkan selama tiga hari di Basilika Santo Petrus. Upaya pelestarian jenazah dilakukan untuk menghormati tradisi dan memastikan kondisi jasad tetap terjaga selama prosesi pemakaman.

Langkah-langkah khusus diambil untuk memperlambat proses pembusukan alami, mengingat ribuan pelayat diperkirakan akan hadir untuk memberikan penghormatan terakhir. Salah satu metode yang digunakan adalah tanatopraksi, sebuah proses pembalsaman sementara yang bertujuan untuk menjaga kondisi jenazah selama masa persemayaman. Prosedur ini, yang diatur oleh undang-undang di Italia sejak 2022, melibatkan penggunaan cairan kimia khusus yang disuntikkan ke dalam sistem arteri. Selain itu, dilakukan desinfeksi menyeluruh pada tubuh, riasan korektif, dan penataan wajah serta tangan untuk memberikan kesan tenang dan damai.

Andrea Fantozzi, pendiri Institut Nasional Tanatopraksi Italia (INIT), menjelaskan bahwa tanatopraksi merupakan evolusi modern dari pembalsaman tradisional. Metode ini menggunakan zat yang kurang invasif dan lebih menghormati tubuh. Proses ini harus dilakukan dalam waktu 36 jam setelah kematian dan memakan waktu beberapa jam. Media Italia melaporkan bahwa Fantozzi juga mengawasi proses pembalsaman jenazah Paus Benediktus XVI, pendahulu Paus Fransiskus, yang meninggal pada tahun 2022.

Pada hari Selasa, 22 April, Vatikan merilis foto-foto Paus Fransiskus yang disemayamkan dalam peti terbuka. Paus tampak mengenakan jubah kepausan merah, mitra, dan rosario di antara jari-jarinya. Foto-foto tersebut diambil saat kebaktian pada Senin malam di kapel Casa Santa Marta, tempat Paus tinggal selama 12 tahun masa kepemimpinannya.

Sebelum meninggal dunia, kondisi kesehatan Paus Fransiskus sempat memburuk. Dr. Sergio Alfieri, dokter yang merawat Paus, menerima panggilan darurat pada pukul 5.30 pagi waktu setempat. Ia segera bergegas ke Vatikan dan tiba sekitar 20 menit kemudian. Dr. Alfieri sebelumnya merawat Paus di rumah sakit Gemelli, Roma, di mana Paus menjalani perawatan selama lima minggu akibat pneumonia bilateral pada awal 2024.

"Saya memasuki kamarnya dan dia (Fransiskus) membuka matanya. Saya memastikan bahwa tidak ada masalah pernapasan, dan kemudian saya mencoba memanggil namanya, tetapi dia tidak menanggapinya," kata Dr. Alfieri. Mengingat riwayat penyakit pernapasan yang kompleks, Dr. Alfieri menilai terlalu berisiko untuk memindahkan Paus kembali ke rumah sakit Gemelli. Dua jam setelah kondisinya memburuk, Paus Fransiskus dinyatakan meninggal dunia akibat stroke. "Ia meninggal tanpa penderitaan, di rumah," imbuh Dr. Alfieri.