Negosiasi Nuklir Buntu, Trump Sinyalkan Opsi Militer Terhadap Iran
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali melontarkan pernyataan keras terkait program nuklir Iran. Dalam sebuah wawancara dengan Majalah Time, Trump mengindikasikan bahwa opsi militer dapat diambil jika negosiasi yang sedang berlangsung antara Washington dan Teheran tidak menghasilkan kesepakatan yang memuaskan.
Trump, yang dikenal dengan pendekatan konfrontatifnya dalam kebijakan luar negeri, menyatakan bahwa Amerika Serikat siap untuk memimpin upaya penyerangan terhadap Iran jika diperlukan untuk mencegah negara tersebut mengembangkan senjata nuklir. Pernyataan ini muncul di tengah harapan yang tumbuh bahwa perundingan nuklir, yang saat ini memasuki putaran ketiga di Oman, akan membuahkan hasil positif. Kedua belah pihak sebelumnya menyatakan optimisme setelah pertemuan di Roma, meskipun tanpa memberikan rincian spesifik tentang kemajuan yang telah dicapai.
"Ada kemungkinan kita harus menyerang karena Iran tidak akan memiliki senjata nuklir," tegas Trump.
Meski mengancam dengan opsi militer, Trump juga membuka peluang untuk dialog langsung dengan para pemimpin Iran. Ia menyatakan kesediaannya untuk bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei atau Presiden Masoud Pezeshkian jika hal itu dapat membantu mencapai solusi diplomatik.
Negosiasi nuklir saat ini tidak melibatkan Israel, musuh bebuyutan Iran. Meskipun demikian, Trump menegaskan bahwa Amerika Serikat dan Israel memiliki pandangan yang sama tentang isu ini. Ia membantah laporan yang menyebutkan bahwa ia telah menghalangi Israel untuk melakukan serangan sepihak terhadap Iran. Trump menjelaskan bahwa ia tidak membuat Israel merasa nyaman dengan opsi tersebut, karena ia meyakini bahwa kesepakatan dapat dicapai tanpa perlu tindakan militer.
"Saya tidak menghentikan mereka. Tetapi saya tidak membuat mereka merasa nyaman, karena saya pikir kita dapat membuat kesepakatan tanpa serangan," kata Trump.
Trump juga menepis kekhawatiran bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan menyeret Amerika Serikat ke dalam konflik dengan Iran. Ia menyatakan bahwa meskipun Netanyahu mungkin akan memilih opsi perang, Amerika Serikat tidak akan secara otomatis terlibat. Namun, Trump menambahkan bahwa ia mungkin akan "ikut berperang dengan sukarela" jika kesepakatan tidak tercapai.
Ancaman Trump ini merupakan kelanjutan dari kebijakan kerasnya terhadap Iran. Pada tahun 2018, ia menarik Amerika Serikat dari kesepakatan nuklir Iran yang dinegosiasikan di bawah pemerintahan Presiden Barack Obama dan memberlakukan kembali sanksi ekonomi yang ketat terhadap Teheran. Trump berpendapat bahwa kesepakatan sebelumnya terlalu lemah dan tidak cukup untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir.
Amerika Serikat, negara-negara Barat, dan Israel telah lama menuduh Iran berupaya mengembangkan senjata nuklir. Iran membantah tuduhan tersebut, dengan menyatakan bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan damai, seperti pembangkit listrik dan penelitian medis.
Berikut poin-poin penting dalam berita ini:
- Trump mengancam opsi militer terhadap Iran jika negosiasi nuklir gagal.
- Trump membuka peluang untuk bertemu dengan pemimpin Iran.
- Trump membantah menghalangi Israel menyerang Iran.
- Trump mungkin akan ikut berperang jika kesepakatan tidak tercapai.
- Trump menarik AS dari kesepakatan nuklir Iran pada tahun 2018.