Diversifikasi Pasar Ekspor Jadi Strategi Indonesia Hadapi Potensi Tarif AS

Pemerintah Indonesia tengah mengintensifkan upaya diversifikasi pasar ekspor sebagai respons terhadap potensi penerapan tarif oleh Amerika Serikat. Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Dyah Roro Esti Widya Putri mengungkapkan bahwa negosiasi dengan pemerintah AS terus berjalan, dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Salah satu pendekatan yang ditempuh adalah dengan menyeimbangkan neraca perdagangan antara Indonesia dan AS. Hal ini diwujudkan melalui peningkatan impor komoditas dari AS, seperti gandum dan kedelai. "Ada beberapa upaya pendekatan yang dilakukan Pak Menko Perekonomian juga masih di sana, dengan Menkeu juga ada di sana yaitu adalah melakukan import dari beberapa komunitas termasuk gandum and also ada soybean," ujar Roro dalam sebuah seminar di Jakarta.

Di sisi lain, Kementerian Perdagangan (Kemendag) aktif mencari peluang ekspansi pasar ekspor ke negara-negara lain. Langkah ini diwujudkan melalui penyelesaian perjanjian dagang bilateral yang sedang berlangsung.

  • Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA): Perjanjian ini diharapkan dapat membuka akses pasar yang lebih luas bagi produk Indonesia di Kanada.
  • Indonesia-Peru Comprehensive Economic Partnership Agreement (PI-CEPA): Melalui PI-CEPA, Indonesia berupaya memperluas penetrasi pasar di wilayah Amerika Latin.
  • Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-EU CEPA): Perjanjian dengan Uni Eropa menjadi prioritas karena potensi pasar yang besar. Pemerintah menargetkan penyelesaian negosiasi I-EU CEPA pada tahun ini. Wamendag Roro menegaskan bahwa upaya diversifikasi pasar ini bukan hanya sekadar reaksi terhadap kebijakan tarif AS, melainkan strategi jangka panjang untuk memperkuat daya saing ekspor Indonesia.

Selain negara-negara tersebut, Kemendag juga membidik pasar-pasar non-tradisional melalui perjanjian perdagangan bebas (FTA). Negara-negara seperti Australia, Korea Selatan, serta kawasan Afrika dan Timur Tengah menjadi fokus perhatian.

"Ada beberapa FTA juga dengan negara-negara seperti Australia, Korea Selatan, hingga di kawasan Afrika dan Timur Tengah, these are non-conventional trading partners, tapi kami melihat bahwa ada potensi yang bisa kita gali untuk market tersebut," terangnya.

Pemerintah Indonesia berupaya secara proaktif mencari alternatif pasar ekspor guna mengurangi ketergantungan pada satu negara dan memitigasi risiko dari kebijakan perdagangan global yang dinamis.