Indonesia Siapkan Strategi Sambut Gelombang Relokasi Industri Akibat Kebijakan Tarif AS

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyampaikan bahwa pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan diri untuk menghadapi potensi gelombang relokasi industri dari berbagai negara, sebagai konsekuensi dari kebijakan tarif yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS). Fokus utama adalah menarik relokasi pabrik-pabrik dari Tiongkok ke Indonesia.

Dalam konferensi pers daring dari Washington DC, Airlangga mengungkapkan, "Berkaca dari perang dagang antara Tiongkok dan Amerika, kami melihat adanya pergeseran industri ke Indonesia." Ia menambahkan, momentum ini terus didorong oleh pemerintah, salah satunya melalui pengembangan kawasan ekonomi khusus di Batang, Jawa Tengah, yang diharapkan menjadi pusat industri kembar.

Kebijakan tarif yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump, kata Airlangga, akan berdampak pada lebih dari 180 negara. Saat ini, AS masih memberlakukan tarif 10 persen dalam periode 90 hari untuk memberi ruang bagi negosiasi. Oleh karena itu, dampak relokasi industri belum terlihat secara signifikan saat ini. Namun, Indonesia tetap mengambil langkah antisipatif.

"Persiapan untuk relokasi ini sedang dilakukan, dan harapannya kawasan Batang akan menjadi 'Shenzhen baru' di Indonesia," ujar Airlangga.

Sebelumnya, Dewan Ekonomi Nasional (DEN) juga mengemukakan potensi dampak positif kebijakan tarif AS terhadap Indonesia. Namun, manfaat ini hanya dapat diraih jika Indonesia mampu meningkatkan investasi domestik secara signifikan.

Dalam laporan berjudul "Rekomendasi DEN Antisipasi Pengumuman Resiprokal Tarif AS", DEN memperkirakan ekonomi Indonesia berpotensi tumbuh hingga 0,8 persen jika berhasil menarik investasi baru, terutama dari perusahaan global yang terdampak kebijakan tarif AS.

DEN menekankan peran krusial pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang kompetitif dan menarik bagi investor. Langkah-langkah strategis dan cepat diperlukan untuk mengantisipasi dampak kebijakan tarif ini, termasuk upaya aktif menarik perusahaan global yang ingin merelokasi operasinya ke Indonesia.

DEN juga mengingatkan agar pemerintah tidak mengulangi kesalahan di masa lalu dengan kehilangan momentum investasi. Diversifikasi mitra dagang juga dianggap penting untuk mengurangi ketergantungan pada pasar Amerika Serikat. Dengan memperluas pasar ekspor ke negara-negara lain, Indonesia dapat memitigasi dampak negatif dari kebijakan tarif AS.

Berikut adalah beberapa langkah yang perlu diperhatikan pemerintah:

  • Peningkatan Investasi Domestik: Pemerintah perlu fokus pada peningkatan investasi domestik untuk memaksimalkan potensi manfaat dari relokasi perusahaan global.
  • Iklim Usaha yang Kompetitif: Menciptakan iklim usaha yang kompetitif dan menarik bagi investor adalah kunci untuk menarik relokasi perusahaan.
  • Langkah Strategis dan Cepat: Pemerintah perlu mengambil langkah-langkah strategis dan cepat untuk mengantisipasi dampak kebijakan tarif AS.
  • Diversifikasi Mitra Dagang: Memperluas pasar ekspor ke negara-negara lain adalah kunci untuk mengurangi ketergantungan pada pasar Amerika Serikat.
  • Promosi Kawasan Ekonomi Khusus: Mempromosikan kawasan ekonomi khusus seperti di Batang, Jawa Tengah, sebagai tujuan investasi yang menarik.