Indonesia Gandeng China, LG Mundur dari Proyek Baterai Kendaraan Listrik Nasional
Pemerintah Indonesia mengambil langkah strategis dengan menunjuk perusahaan asal China, Zhejiang Huayou Cobalt Co., untuk menggantikan LG Energy Solution (LGES) dalam proyek ambisius pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) terintegrasi nasional. Keputusan ini menandai perubahan signifikan dalam konfigurasi konsorsium yang sebelumnya melibatkan perusahaan asal Korea Selatan tersebut.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani, menjelaskan bahwa perubahan ini didasari oleh lamanya proses negosiasi antara LGES dan konsorsium Indonesia. Setelah hampir lima tahun perundingan, belum ada kemajuan substansial yang dicapai, sehingga pemerintah memutuskan untuk mengambil langkah proaktif demi kelancaran proyek.
Rosan menyampaikan pemerintah telah mengirimkan surat resmi kepada CEO LG Chem dan LG Energy Solution pada akhir Januari 2025, terkait penggantian kepemimpinan konsorsium dalam proyek strategis ini. Langkah ini membuka jalan bagi Huayou, yang sebelumnya telah menyatakan minatnya untuk berperan lebih aktif dalam proyek tersebut sejak tahun 2024.
Proyek bernilai 9,8 miliar dollar AS ini melibatkan beberapa pihak kunci, termasuk Indonesia Battery Corporation (IBC) dan PT Aneka Tambang (Antam). IBC memiliki peran sentral dalam pengembangan industri baterai nasional, sementara Antam memiliki sumber daya nikel yang melimpah, bahan baku penting dalam produksi baterai kendaraan listrik.
Director General Embassy of the Republic of Korea in Indonesia, Korea Trade Investment Promotion Agency (Kotra) Janghee Lee menegaskan bahwa keputusan ini tidak akan merusak hubungan bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan. Proses komunikasi yang komprehensif telah dilakukan, dan semua pihak memahami alasan di balik perubahan ini. Janghee Lee juga menambahkan bahwa Korea Selatan tetap berkomitmen untuk berinvestasi di Indonesia, termasuk dalam proyek-proyek yang sedang berjalan seperti pembangunan pabrik kendaraan listrik Hyundai, yang akan menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi kendaraan listrik di kawasan Asia.
Keputusan ini mencerminkan komitmen pemerintah Indonesia untuk mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik di tanah air. Dengan menggandeng mitra yang dinilai lebih siap dan responsif, diharapkan proyek ini dapat segera terealisasi dan memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi Indonesia. Pemerintah Indonesia juga berkomitmen untuk terus menjalin hubungan baik dengan Korea Selatan dan membuka peluang investasi di sektor lain.