Polemik Gelar Pahlawan Nasional Soeharto Mencuat, Golkar Ingatkan Aspek Prestasi

Partai Golkar kembali menyuarakan pentingnya mempertimbangkan usulan pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto. Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia, menekankan bahwa penilaian terhadap Soeharto seharusnya tidak didasarkan semata-mata pada sentimen negatif atau kebencian yang mungkin ada di sebagian masyarakat.

Menurut Doli, pemberian gelar Pahlawan Nasional adalah sebuah hak yang harus dipertimbangkan secara objektif, dengan melihat rekam jejak dan kontribusi seseorang terhadap bangsa dan negara. Ia mengingatkan agar publik tidak mengabaikan prestasi dan jasa-jasa Soeharto selama memimpin Indonesia. Usulan ini bukan barang baru, karena pada tahun 2010 Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah mengusulkan pemberian gelar Pahlawan kepada Soeharto. Bahkan Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) bentukan Kementerian Sosial (Kemensos) menilai Soeharto layak menyandang gelar tersebut.

"Kita harus menempatkan sesuatu pada tempatnya. Kebencian tidak boleh mengangkangi hak dan prestasi seseorang," tegas Doli.

Lebih lanjut, Doli menjelaskan bahwa nama Soeharto tercatat dalam sejarah perjuangan bangsa, mulai dari perannya dalam perebutan senjata dari Jepang di Yogyakarta pada tahun 1945, Serangan Umum 1 Maret 1949, hingga menjabat sebagai Panglima Komando Trikora dalam operasi pembebasan Irian Barat. Menurut Doli, kontribusi Soeharto dalam peristiwa-peristiwa penting tersebut tidak dapat dinafikan begitu saja.

Bahkan, pada tahun 2009, Menteri Agama saat itu, Maftuh Basyuni, pernah menyatakan bahwa Soeharto bukan hanya berhak atas gelar Pahlawan Nasional, tetapi juga sangat pantas untuk dikenang jasanya oleh generasi penerus bangsa. Basyuni menilai bahwa Soeharto adalah seorang pejuang sejati yang nasionalismenya tidak perlu diragukan lagi.

Selama menjabat sebagai Presiden, Soeharto juga dinilai telah memberikan kontribusi besar dalam pembangunan spiritual bangsa melalui Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila (YAMP). Salah satu buktinya adalah pembangunan Masjid Raya At-Tin yang menjadi simbol kepedulian Soeharto terhadap kepentingan umat Islam. Soeharto mengedepankan fungsi masjid sebagai tempat pembelajaran dan penguatan kepedulian terhadap nasib bangsa.

Salah satu keberhasilan Soeharto yang patut dikenang adalah perannya dalam memimpin Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta. Serangan ini membuktikan kepada dunia internasional bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih eksis dan memiliki kekuatan yang cukup untuk mempertahankan kemerdekaan. Peristiwa ini menjadi salah satu faktor penting dalam menarik perhatian dunia internasional terhadap perjuangan bangsa Indonesia.

  • Perebutan senjata Jepang di Yogyakarta (1945)
  • Serangan Umum 1 Maret 1949
  • Panglima Komando Trikora
  • Operasi pembebasan Irian Barat

Doli berharap agar polemik mengenai usulan pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto dapat disikapi dengan bijak dan objektif. Ia mengajak semua pihak untuk melihat rekam jejak Soeharto secara komprehensif, tanpa terjebak dalam sentimen negatif yang dapat menghalangi apresiasi terhadap jasa-jasanya.