Sekjen PBB Tegaskan Transisi Energi Global Tak Terbendung Meski Tanpa Keterlibatan AS dalam Perjanjian Paris

Pertemuan tingkat tinggi yang mempertemukan puluhan pemimpin dunia, Kamis (24/4/2025), menjadi panggung bagi Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, untuk menyampaikan pesan tegas mengenai transisi energi global. Guterres menyatakan bahwa tidak ada kekuatan, baik kelompok maupun pemerintahan, yang mampu menghentikan momentum perubahan menuju energi yang lebih berkelanjutan.

Forum ini, yang diadakan menjelang Konferensi Tingkat Tinggi Iklim PBB (COP30) pada November mendatang, dihadiri oleh tokoh-tokoh penting dari berbagai negara. Presiden China, Xi Jinping, Presiden Perancis, Emmanuel Macron, dan Presiden Turkiye, Recep Tayyip Erdogan, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Selain itu, hadir pula William Ruto dari Kenya, Gabriel Boric dari Chile, Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, dan Presiden Dewan Eropa, Antonio Costa. Ketidakhadiran perwakilan dari Amerika Serikat (AS) dalam pertemuan tersebut menjadi sorotan.

Keputusan AS untuk menarik diri dari Perjanjian Paris di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, serta kebijakan-kebijakan yang mendukung ekspansi bahan bakar fosil, menjadi latar belakang penting dari pernyataan Guterres. Meskipun demikian, Sekjen PBB tersebut tetap optimis bahwa transisi energi global akan terus berlanjut.

"Energi terbarukan adalah peluang ekonomi abad ini," tegas Guterres, seperti dikutip dari AFP. Ia menambahkan bahwa meskipun ada pihak-pihak yang mencoba menghalangi, dunia sedang bergerak maju dengan kecepatan penuh. Optimisme ini didasarkan pada komitmen yang ditunjukkan oleh negara-negara lain, termasuk China.

Xi Jinping, sebagai perwakilan dari salah satu negara penghasil emisi terbesar di dunia, menegaskan komitmen negaranya untuk terus berjuang melawan perubahan iklim. Ia menyatakan bahwa upaya China tidak akan melambat, terlepas dari perubahan situasi internasional. China berencana untuk mengumumkan kebijakan iklim terbarunya dalam Nationally Determined Contribution (NDC) sebelum COP30, yang mencakup semua emisi gas rumah kaca, bukan hanya karbon dioksida.

Sementara itu, di luar forum resmi, aktivis iklim Jane Fonda mengkritik kebijakan mantan Presiden AS Donald Trump. Dalam konferensi pers Greenpeace, Fonda menuduh Trump membuat "tawar-menawar dengan iblis" dengan merangkul bahan bakar fosil, dan menyatakan bahwa Trump berada "di pihak kematian".

Pernyataan Guterres dan komitmen dari negara-negara seperti China menunjukkan bahwa meskipun ada tantangan dan hambatan, momentum transisi energi global terus berlanjut. Ketidakhadiran AS dalam pertemuan tersebut menjadi pengingat akan pentingnya kerjasama internasional dalam menghadapi perubahan iklim.