Golkar Soroti Pengakuan Internasional atas Pencapaian Soeharto, Minta Kesalahan Jadi Pelajaran
Partai Golkar baru-baru ini menyoroti pengakuan dunia internasional terhadap berbagai prestasi yang diraih oleh mantan Presiden Soeharto selama masa jabatannya. Pernyataan ini muncul di tengah perdebatan publik mengenai usulan pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Soeharto, sebuah gagasan yang memicu beragam reaksi pro dan kontra.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Ahmad Doli Kurnia, dalam keterangannya menyampaikan bahwa Soeharto telah mencatatkan sejumlah pencapaian gemilang selama era Orde Baru yang diakui secara luas oleh komunitas global. Menurutnya, pengakuan ini tidak boleh diabaikan begitu saja.
Beberapa prestasi Soeharto yang disoroti oleh Doli antara lain:
- Swasembada Pangan 1984: Keberhasilan Indonesia mencapai swasembada pangan pada tahun 1984 diakui secara internasional. Soeharto bahkan mendapat kehormatan untuk berpidato di Konferensi FAO di Roma pada tahun 1985.
- Bapak Pembangunan: Julukan ini melekat erat pada Soeharto karena dianggap berhasil mengarahkan Indonesia menuju kemajuan melalui serangkaian pembangunan jangka panjang.
- Stabilitas Ekonomi: Doli mengklaim bahwa Soeharto berhasil menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS dan mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama masa pemerintahannya. Pertumbuhan ekonomi selama orde baru diklaim mencapai 7,2 persen per tahun.
- Peran Penting di ASEAN: Indonesia di bawah kepemimpinan Soeharto menjadi negara penting di kawasan ASEAN. Selain itu, Indonesia menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang meluncurkan satelit Palapa A1 pada tahun 1976.
- Ratifikasi ZEE: Ratifikasi Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) pada tahun 1982 melalui UNCLOS dianggap sebagai prestasi diplomasi penting yang mengamankan wilayah laut Indonesia.
Selain menyoroti prestasi Soeharto, Doli juga menanggapi kontroversi terkait kesalahan yang mungkin dilakukan Soeharto selama menjabat. Ia mengajak masyarakat untuk menjadikan kesalahan tersebut sebagai catatan sejarah dan pelajaran bagi generasi mendatang. Menurutnya, tidak ada manusia yang sempurna, termasuk mantan presiden sekalipun.
"Kesalahan Presiden Soeharto selama memimpin, itu merupakan catatan sejarah yang harus menjadi pelajaran bagi generasi mendatang. Tidak ada manusia yang sempurna, begitu juga berlaku bagi mantan presiden lainnya," kata Doli.
Lebih lanjut, Doli menekankan bahwa kesalahan yang mungkin dilakukan Soeharto tidak seharusnya menutupi semua pencapaian yang telah diraihnya selama 32 tahun berkuasa. Ia berpendapat bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pemimpinnya, dan dalam hal ini, Soeharto adalah pemimpin yang kinerjanya diakui, baik di dalam maupun di luar negeri.