Frustasi Ditinggal Liburan, Pemuda Michigan Kirim Ancaman Bom Palsu ke Kapal Pesiar
Ancaman Bom Palsu Gegerkan Kapal Pesiar Carnival Sunrise
Sebuah insiden ancaman bom palsu menggemparkan kapal pesiar Carnival Sunrise yang tengah berlayar dari Miami menuju Jamaika. Akibat perbuatannya, seorang pemuda bernama Joshua Darrell Lowe II (19), asal Bailey, Michigan, harus mendekam di penjara selama delapan bulan.
Peristiwa ini bermula ketika Carnival Cruise Lines menerima sebuah surat elektronik (email) yang mencurigakan. Dalam pesannya, pengirim mengklaim adanya potensi bom di dalam kapal. Sontak, ancaman tersebut memicu respons cepat dari berbagai pihak keamanan.
Operasi Keamanan Skala Besar Dilakukan
Pihak berwenang, termasuk Penjaga Pantai Amerika Serikat dan otoritas Jamaika, segera meluncurkan operasi keamanan besar-besaran. Lebih dari seribu kabin penumpang digeledah secara seksama untuk memastikan tidak ada ancaman nyata. Akibatnya, pelayaran kapal pesiar tersebut tertunda selama beberapa jam.
Setelah dinyatakan aman, kapal Carnival Sunrise diizinkan melanjutkan perjalanan menuju destinasi di Karibia. Namun, penyelidikan terhadap pengirim email ancaman tetap berlanjut.
Motif di Balik Ancaman Palsu
Penyelidikan intensif mengarah pada Joshua Darrell Lowe II sebagai pengirim email tersebut. Kepada pihak FBI, Lowe mengakui perbuatannya. Ia mengaku mengirim ancaman palsu karena merasa kesal dan frustrasi.
Lowe ditinggal oleh kekasihnya dan keluarga kekasih untuk berlibur. Lebih parah lagi, ia dibebani tanggung jawab untuk menjaga hewan peliharaan mereka di rumah.
Konsekuensi Hukum yang Diterima
Asisten Jaksa Penuntut Umum AS, Nils Kessler, menekankan bahwa ancaman bom adalah tindakan serius yang akan ditindak tegas. Agen Khusus FBI Michigan, Cheyvoryea Gibson, menambahkan bahwa ancaman semacam itu tidak hanya menyita sumber daya penegak hukum, tetapi juga menciptakan ketakutan yang tidak perlu di masyarakat.
Atas perbuatannya, Joshua Darrell Lowe II terancam hukuman maksimal lima tahun penjara. Namun, Hakim Distrik AS, Paul Maloney, memutuskan untuk menjatuhkan hukuman delapan bulan penjara setelah mempertimbangkan surat permintaan maaf dan pengakuan kesalahan yang ditulis Lowe.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa tindakan iseng atau didorong oleh emosi sesaat dapat berakibat fatal dan berujung pada konsekuensi hukum yang serius.