Upaya Badan Gizi Nasional Menuju 'Zero Accident' di Tengah Kasus Keracunan Program Makan Bergizi Gratis

Kasus keracunan makanan kembali mencuat dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG), kali ini menimpa puluhan siswa di Cianjur yang mengalami gejala seperti mual, muntah, dan diare. Kejadian ini menjadi sorotan tajam terhadap efektivitas dan keamanan program yang bertujuan meningkatkan gizi pelajar.

Menanggapi hal ini, Badan Gizi Nasional (BGN) terus berupaya keras untuk mencapai target ambisius, yaitu 'zero accident' dalam pelaksanaan program MBG. Kepala BGN, Dadan Hindayana, mengungkapkan bahwa investigasi awal menunjukkan penggunaan wadah makanan (food tray) berbahan plastik sebagai salah satu faktor penyebab keracunan massal di MAN 1 dan SMP PGRI Cianjur.

Temuan dan Tindakan BGN

Dadan menjelaskan bahwa setelah meninjau langsung lokasi kejadian, pihaknya menemukan bahwa sebagian besar food tray yang digunakan masih berbahan plastik. Ia menduga bahwa bahan plastik tersebut berkontribusi terhadap timbulnya gejala keracunan pada siswa. Sebagai langkah cepat, BGN merekomendasikan penggantian food tray berbahan plastik dengan alternatif yang lebih aman.

Selain masalah wadah makanan, BGN juga menyoroti Standar Operasional Prosedur (SOP) terkait alur keluar masuk barang di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Cianjur. Dadan menginstruksikan pemisahan alur proses tersebut untuk mencegah potensi kontaminasi. Sayangnya, penyebab pasti keracunan sulit diidentifikasi karena sisa makanan yang diduga menjadi sumber masalah telah dibersihkan oleh pihak sekolah sebelum BGN melakukan pemeriksaan.

Untuk mengatasi kendala tersebut, BGN menambahkan SOP baru yang mengharuskan sisa makanan dibawa ke SPPG untuk diperiksa lebih lanjut, dan tidak dibersihkan di sekolah.

Target 'Zero Accident' dan Langkah Evaluasi

Dadan menegaskan komitmen BGN untuk mencapai 'zero accident' dalam program MBG. Ia mengakui bahwa evaluasi menyeluruh terhadap program MBG sedang dilakukan secara intensif, melibatkan BGN, SPPG, pihak dapur MBG, dan pihak terkait lainnya. Evaluasi ini diharapkan dapat mengidentifikasi potensi risiko dan kelemahan dalam pelaksanaan program.

Salah satu langkah konkret yang diambil BGN adalah mengintensifkan pelatihan dan penyegaran bagi para penjamah makanan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan memastikan standar kebersihan serta keamanan pangan yang tinggi.

Sorotan dari DPR

Kasus keracunan ini juga mendapat perhatian serius dari anggota Komisi IX DPR RI. Nurhadi menyatakan keprihatinannya atas kejadian berulang ini dan menekankan adanya masalah serius dalam pelaksanaan program MBG di lapangan. Ia menyoroti pentingnya evaluasi total terhadap program MBG untuk memastikan tujuannya yang mulia, yaitu meningkatkan gizi anak-anak sekolah dan menekan angka stunting, dapat tercapai secara efektif dan aman.

Senada dengan Nurhadi, Anggota Komisi IX DPR Netty Prasetiyani juga menyoroti kasus keracunan ini, serta adanya indikasi penggelapan dana dalam pengadaan program MBG di Kalibata, Jakarta. Netty menekankan perlunya pengelolaan program yang baik dari hulu hingga hilir untuk meminimalisasi risiko, termasuk keracunan makanan dan masalah pembayaran.

Berikut adalah daftar rekomendasi untuk mengatasi masalah keracunan dan masalah pengelolaan program MBG:

  • Penggantian food tray plastik dengan bahan yang lebih aman.
  • Pemisahan alur proses masuk dan keluar barang di SPPG.
  • Pemeriksaan sisa makanan di SPPG, bukan di sekolah.
  • Intensifikasi pelatihan dan penyegaran bagi penjamah makanan.
  • Evaluasi total terhadap program MBG.
  • Pengelolaan program yang baik dari hulu hingga hilir.