Kasus Malaria di Indonesia Meningkat, Wilayah Timur Jadi Fokus Utama Penanganan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mencatat adanya peningkatan tren kasus malaria di Indonesia hingga tahun 2025. Wilayah Indonesia bagian Timur menjadi perhatian utama karena kontribusinya yang signifikan terhadap total kasus malaria di tanah air.
Plt Direktur Jenderal Penanggulangan Penyakit Kemenkes RI, Murti Utami, menjelaskan bahwa sistem pencatatan dan pelaporan malaria secara daring yang semakin baik memungkinkan pendataan kasus yang lebih akurat. Ia mengungkapkan bahwa 95 persen kasus malaria di Indonesia berasal dari provinsi-provinsi di wilayah timur.
"Regional Papua mencatat angka tertinggi, diikuti Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya Pulau Sumba, serta Kabupaten Penajam Paser Utara di Kalimantan Timur," ujar Murti Utami dalam pertemuan daring memperingati Hari Malaria Sedunia.
Direktur Penyakit Menular Kemenkes RI, Ina Agustina Isturini, menambahkan bahwa pada tahun 2024, ditemukan sekitar 543 ribu kasus malaria di Indonesia. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kasus malaria terbanyak kedua di antara delapan negara anggota WHO di kawasan Asia Tenggara (SEARO), setelah India.
"Meskipun kasusnya meningkat, angka ini masih di bawah perkiraan WHO. WHO memperkirakan 1,1 juta kasus malaria di Indonesia, sementara kita baru menemukan 54 persennya," kata Ina.
Upaya penemuan kasus terus ditingkatkan. Pada tahun 2024, Kemenkes telah melakukan lebih dari empat juta tes malaria dan menemukan 543 ribu kasus. Untuk tahun 2025, target ditingkatkan menjadi delapan juta tes malaria.
Saat ini, sekitar 90 persen penduduk Indonesia tinggal di daerah bebas malaria. Lima provinsi telah mencapai status bebas malaria tingkat provinsi, yaitu:
- Bali
- Jakarta
- Banten
- Jawa Barat
- Jawa Timur
Kemenkes memperkirakan dapat menemukan sekitar 947 ribu kasus malaria pada tahun ini. Pemerintah menargetkan Indonesia bebas dari malaria pada tahun 2030. Untuk mencapai target tersebut diperlukan:
- Peningkatan pengawasan dan pengendalian vektor malaria.
- Penguatan sistem surveilans dan pelaporan kasus.
- Peningkatan akses masyarakat terhadap layanan diagnosis dan pengobatan malaria.
- Peningkatan partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan malaria.
- Kerja sama lintas sektor yang melibatkan pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat.
Dengan strategi yang komprehensif dan kerja sama yang solid, Indonesia optimis dapat mencapai eliminasi malaria pada tahun 2030.