Pergeseran Mitra dalam Proyek Baterai Kendaraan Listrik Nasional: LG Digantikan Huayou

Indonesia Gandeng Huayou Gantikan LG dalam Pengembangan Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), mengambil langkah strategis dengan menggandeng perusahaan energi asal China, Huayou, untuk menggantikan LG Energy Solution dalam proyek ambisius pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) terintegrasi nasional. Keputusan ini diambil setelah negosiasi yang berlarut-larut antara LG dan konsorsium Indonesia selama hampir lima tahun tidak membuahkan hasil yang signifikan.

Percepatan hilirisasi dan pencapaian target netralitas karbon (NZE) menjadi prioritas utama pemerintah. Bayu Hermawan, VP Commercial and Marketing Indonesia Battery Corporation (IBC), mengungkapkan bahwa perubahan permintaan pasar baterai menjadi faktor krusial dalam keputusan ini. LG, yang fokus pada pengembangan baterai berbasis nickel manganese cobalt (NMC), menghadapi tantangan karena pasar EV global, khususnya di Amerika dan Eropa, lebih condong ke jenis baterai ini. Baterai NMC dinilai ideal untuk kendaraan listrik yang mengutamakan jarak tempuh jauh dan ketahanan terhadap kondisi cuaca ekstrem.

Pasar Asia Beralih ke Baterai LFP

Sementara itu, pasar kendaraan listrik di Asia, termasuk Indonesia, menunjukkan pergeseran signifikan ke arah baterai berbasis lithium-ferro phosphate (LFP). Lebih dari 80% pasokan baterai LFP dikuasai oleh perusahaan-perusahaan asal China. Hal ini menjadi kendala bagi LG, yang memiliki keunggulan kompetitif di pasar baterai NMC. Menurut Bayu Hermawan, hambatan penetrasi pasar Amerika dan Eropa menjadi pertimbangan utama bagi LG, sehingga kolaborasi tidak dapat dilanjutkan.

Meski demikian, IBC tetap membuka peluang kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mewujudkan Proyek Titan. Selain menjalin kemitraan dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co, IBC juga aktif mencari mitra potensial lainnya. Tujuannya adalah untuk memastikan roadmap hilirisasi yang diamanatkan pemerintah tetap berjalan sesuai rencana, mencakup seluruh rantai nilai, mulai dari penambangan, pengolahan, hingga daur ulang baterai.

Roadmap Hilirisasi Terus Berjalan

Ketersediaan nikel yang melimpah di Indonesia memungkinkan IBC untuk tidak bergantung pada satu mitra tunggal dalam upaya hilirisasi. Secara umum, roadmap pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik nasional terus berjalan dengan target operasional pada akhir tahun 2026 atau akhir 2027.

Daftar Mitra Potensial

IBC terus melakukan penjajakan dengan berbagai mitra potensial guna mempercepat realisasi proyek baterai kendaraan listrik. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam industri baterai global dan mencapai target netralitas karbon yang telah ditetapkan.

Tantangan dan Peluang

Pergeseran mitra dalam proyek ini menunjukkan dinamika yang kompleks dalam industri baterai kendaraan listrik. Pemerintah Indonesia harus mampu mengatasi berbagai tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada untuk mewujudkan ekosistem baterai yang kuat dan berkelanjutan.

  • Fokus pada hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam.
  • Menarik investasi asing dan mengembangkan kemitraan strategis.
  • Mengembangkan sumber daya manusia yang kompeten di bidang baterai.
  • Mendorong inovasi dan pengembangan teknologi baterai.