Mantan Pemain Sirkus Membantah Tuduhan Penyiksaan Hewan di Oriental Circus Indonesia
Rifa'i, seorang pria berusia 66 tahun dengan pengalaman puluhan tahun di dunia sirkus, memberikan kesaksiannya terkait tuduhan penyiksaan hewan yang menimpa Oriental Circus Indonesia (OCI). Rifa'i, yang kini bekerja sebagai keeper harimau di Taman Safari Indonesia (TSI) Bogor, membantah keras klaim tersebut.
Pria asal Tegal ini memulai karirnya di OCI pada tahun 1979 dan menghabiskan lebih dari satu dekade sebagai pemain sirkus. Pengalamannya selama periode tersebut tidak mencerminkan adanya praktik kekerasan atau penyiksaan terhadap hewan maupun sesama pemain. Ia menegaskan bahwa selama ia berada di OCI, kedisiplinan ditegakkan melalui komunikasi dan pelatihan yang terarah, bukan melalui kekerasan fisik.
"Pendisiplinan itu dengan omongan aja, 'kamu harus rajin latihan, enggak boleh males-malesan'. Jadi suasananya pun enjoy, menyenangkan," ujar Rifa'i saat ditemui di TSI.
Kisah Rifa'i di OCI dimulai sebagai pedagang asongan di kantin sirkus. Kegigihan dan etos kerjanya menarik perhatian Toni Sumampau, seorang pelatih berpengaruh di OCI yang juga merupakan pendiri TSI. Sumampau kemudian mengajak Rifa'i untuk bergabung sebagai pemain sirkus dan bertanggung jawab dalam pertunjukan harimau.
"Saya kerja sama beliau, dibimbing jadi pemain sirkus. Ya di challenge-nya emang selalu kita latihan, kan disiplin. Tiap hari latihan, apa yang kita lakukan untuk show itu sudah dilatih," jelasnya.
Menurut Rifa'i, pelatihan yang diberikan lebih menekankan pada pembentukan kedisiplinan dan profesionalisme, bukan tindakan penyiksaan. Ia juga mengenal beberapa mantan pemain yang belakangan mengaku menjadi korban penyiksaan. Ia menyatakan keakrabannya dengan mereka dan keterlibatannya dalam membantu latihan sehari-hari. Ia tidak pernah menyaksikan atau mendengar adanya tindakan penyiksaan, apalagi pemisahan dari keluarga.
"Bentuk pendisiplinnya kalau yang saya lihat pakai aturan, jadi harus fokus. Kan kita latihan bareng-bareng. Ya kita ikuti aturan, kan demi keselamatan kita juga, jadi dengan pendisiplin itu kita jadi aman," tegasnya.
Lebih lanjut, Rifa'i membantah isu yang beredar mengenai pemain yang dikurung di kandang harimau sebagai bentuk hukuman. Menurutnya, hal tersebut tidak masuk akal dan tidak mungkin terjadi. Ia menjelaskan bahwa kandang harimau memiliki ukuran yang terbatas dan harimau akan merasa tidak nyaman dan gelisah jika ada orang asing di dalam kandangnya.
"Nggak ada. Kan kandang harimau kan pas-pasan (kecil). Jadi kalau dia bilang dimasukin situ, kan harimau nggak nyaman. Kalau ada orang nggak dikenal, gelisah dia, pasti teriak gitu harimaunya. Jadi nggak mungkin itu (pemain sirkus) dimasukin ke kandang," paparnya.
Selama tinggal di mess OCI, Rifa'i mengaku bahwa para pemain diperlakukan dengan baik dan kebutuhan dasar mereka terpenuhi. Mereka mendapatkan makanan yang cukup, waktu istirahat yang memadai, dan kesempatan untuk berekreasi.
"Normal-normal aja sih. Latihan juga sewajarnya dan mereka juga rasanya senang begitu. Tiap libur pun mereka bisa rekreasi, hari Senin kan libur latihan, diajak ke pantai, ke mal, belanja-belanja, biasa aja," ungkapnya.
Kini, Rifa'i mengabdikan dirinya sebagai penjaga harimau di TSI bersama dua rekan lainnya. Meskipun tidak lagi tampil di arena sirkus, ia tetap berada di lingkungan yang sama dengan para pemain sirkus dan menyaksikan langsung bagaimana pertunjukan harimau dan atraksi sirkus lainnya berlangsung secara bergantian di lokasi yang sama.