Tiongkok Desak Amerika Serikat untuk Cabut Seluruh Tarif Impor, Tanggapi Janji Trump
Tiongkok telah mendesak Amerika Serikat untuk mencabut seluruh tarif impor yang diberlakukan sebelumnya, sebagai respons terhadap sinyal yang diberikan oleh Presiden AS, Donald Trump, terkait potensi penurunan tarif secara signifikan. Desakan ini muncul di tengah ketidakpercayaan dari para pejabat Tiongkok terhadap komitmen Trump, mengingat rekam jejaknya dalam menyampaikan pesan yang bertentangan dan inkonsisten.
Juru bicara Kementerian Perdagangan Tiongkok, He Yadong, mengutip peribahasa yang menekankan tanggung jawab pihak yang memulai suatu tindakan untuk menyelesaikannya. Ia menyatakan bahwa Amerika Serikat, sebagai pihak yang memulai perang tarif, harus menunjukkan keseriusan dalam menyelesaikan masalah ini dengan mendengarkan aspirasi masyarakat internasional dan para pemangku kepentingan di dalam negeri. Senada dengan pernyataan tersebut, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Guo Jiakun, mengklarifikasi bahwa belum ada konsultasi atau negosiasi yang terjadi antara kedua negara terkait tarif, apalagi mencapai kesepakatan.
Wang Yiwei, seorang pakar ekonomi Tiongkok sekaligus penasihat pemerintah, berpendapat bahwa pernyataan Trump hanyalah upaya untuk menenangkan pasar. Ia menyoroti bahwa setelah berminggu-minggu penuh ketidakpastian dan pesan yang kontradiktif, para pejabat Tiongkok kehilangan kepercayaan terhadap Trump. Menurutnya, tekanan domestik yang meningkat memaksa Trump untuk meredakan kekhawatiran di dalam negeri, namun Tiongkok tidak mempercayai janjinya tentang penurunan tarif yang substansial, mengingat ketidakpastian dan inkonsistensi dalam tindakannya.
Dalam eskalasi perang tarif, Tiongkok telah menunjukkan ketahanan dan kekuatan. Kunjungan Presiden Xi Jinping ke tiga negara di Asia Tenggara bertujuan untuk memperkuat posisinya sebagai mitra politik dan ekonomi yang stabil. Namun, beberapa ahli berpendapat bahwa negosiasi tetap diperlukan untuk menyelamatkan ekonomi Tiongkok.
Perubahan sikap Trump terhadap Tiongkok terjadi setelah pertemuan dengan para pemimpin perusahaan ritel besar AS, seperti Walmart, Target, Home Depot, dan Lowe's. Perusahaan-perusahaan ini menyuarakan kekhawatiran mereka tentang dampak ekonomi yang meningkat dari kebijakan tarif dan ketidakpastian yang ditimbulkannya bagi pasar keuangan.
Sejumlah bank investasi besar telah memperingatkan bahwa tarif yang tinggi, serta pembalasan Tiongkok dengan tarif 125% terhadap barang-barang AS, dapat menjerumuskan ekonomi AS dan global ke dalam resesi.
Seorang pejabat senior Gedung Putih mengindikasikan bahwa tarif 145% terhadap Tiongkok dapat diturunkan antara 50% dan 65%. Reaksi terhadap berita ini di media sosial Tiongkok menunjukkan gelombang kebanggaan nasional, dengan tagar "Trump takut" menjadi topik utama yang ditonton lebih dari 150 juta kali.