Pendaki Gunung Merbabu Hilang Usai Terjangan Badai di Ketinggian

Seorang pendaki bernama Sugeng Parwoto (50) dilaporkan hilang di Gunung Merbabu, Boyolali. Sugeng mendaki melalui jalur Timboa dan diduga hilang setelah mengalami terjangan badai di sekitar Pos 5.

Menurut keterangan yang dihimpun dari rekan-rekan pendaki yang sempat bertemu dengan Sugeng, peristiwa badai terjadi pada Sabtu (19/4) dini hari, sekitar pukul 02.00 WIB. Sebelum kejadian, Sugeng yang mendaki seorang diri sejak Jumat (18/4) setelah salat Jumat, sempat berinteraksi dengan enam pendaki lain di Pos 5. Mereka tidak tergabung dalam satu tim, namun bertemu dan beristirahat di lokasi yang sama.

Tri Puji Sugiharto, Koordinator Posko Operasi SAR di Basecamp Timboa, menjelaskan bahwa malam sebelum badai, Sugeng dan para pendaki lain sempat makan bersama, meskipun kemudian kembali ke tenda masing-masing. Pagi harinya, para pendaki tersebut terkejut mendapati Sugeng telah menghilang dari tendanya.

Di sekitar lokasi tenda Sugeng, ditemukan sejumlah barang miliknya, termasuk sepasang sepatu, empat botol air minum (tiga di antaranya kosong), dan sarung tangan. Namun, tenda dan tas carier milik Sugeng tidak ditemukan di lokasi, diduga dibawa oleh yang bersangkutan saat hilang.

Keenam pendaki lain yang bertemu Sugeng sempat melakukan pencarian hingga Pos 6, mendekati puncak Gunung Merbabu. Namun, upaya mereka tidak membuahkan hasil. Hilangnya Sugeng kemudian dilaporkan ke pihak berwenang dan tim SAR segera diterjunkan untuk melakukan pencarian.

Operasi pencarian Sugeng melibatkan koordinasi lintas sektoral. Seluruh basecamp di jalur-jalur pendakian Gunung Merbabu telah dihubungi dan diimbau untuk melakukan observasi. Ciri-ciri Sugeng telah disebar, yaitu tubuh kurus, berjenggot, kulit sawo matang, mengenakan pakaian berwarna abu-abu dan celana biru donker.

Pelacakan terakhir sinyal telepon seluler Sugeng mengindikasikan posisinya berada di antara Pos 2 dan Pos 3. Tim SAR terus berupaya memperluas area pencarian dan melakukan penyisiran di lokasi-lokasi yang dianggap memiliki potensi keberadaan korban.