Survei Ini Tunjukkan AI Malah Menghambat Produktivitas Kerja
19-December-24, 14:59Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional - Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) sejatinya dianggap dapat membantu memudahkan pekerjaan manusia. Namun, sebuah penelitian yang dilakukan lembaga riset The Upwork Research Institute menyatakan sebaliknya.
Dalam sebuah yang diterbitkan pada Rabu (24/7/2024) oleh The Upwork Research Institute, AI justru dianggap menghambat produktivitas kerja karyawan.
Studi ini dilakukan dengan mewawancarai total 2.500 orang termasuk eksekutif level-C perusahaan global, karyawan tetap, dan pekerja lepas (freelance) di Amerika Serikat, Inggris, Kanada dan Australia.
Meski 96 persen eksekutif perusahaan mengharapkan AI meningkatkan produktivitas, 77 persen karyawan yang memakai AI dalam studi ini menyatakan bahwa AI malah menambah beban kerja.
Mereka juga bilang AI menciptakan tantangan saat karyawan ingin meningkatkan produktivitasnya. Tidak hanya itu, AI juga dinilai menghambat produktivitas dan bisa membuat stres.
Studi ini juga menemukan bahwa nyaris separuh karyawan yang memakai AI (47 persen) tidak tahu cara meningkatkan produktivitasnya seperti diharapkan oleh eksekutif perusahaan. Sementara 40 persen lainnya merasa perusahaan terlalu menuntut sejak memakai AI.
Mereka merasa tertekan seiring dengan meningkatnya tuntutan produktivitas, di mana satu dari tiga karyawan berkata mereka mungkin resign dalam enam bulan ke depan karena terlalu lelah bekerja.
Dari pandangan para bos, mayoritas eksekutif dalam studi ini (81 persen) mengakui bahwa mereka meningkatkan tuntutan kerja karyawan dalam setahun terakhir.
Walhasil, 71 persen karyawan, khususnya karyawan tetap, mengalami stres. Sebanyak 65 persen karyawan juga merasa kesulitan memenuhi tuntutan perusahaan, khususnya terkait produktivitas.
Pekerja freelance makin dilirik
Berbanding terbalik dengan karyawan tetap, pekerja paruh waktu justru mampu memenuhi tuntutan para eksekutif perusahaan, bahkan kerap melampauinya. Hal ini diutarakan para eksekutif level-C yang juga merekrut pekerja freelance dan terlibat dalam studi.
Sebanyak 80 persen eksekutif juga menyatakan bahwa memanfaatkan pekerja freelance penting bagi bisnisnya. Bahkan 38 persen eksekutif yang belum memakai freelancer, berencana merekrut pekerja paruh waktu di tahun mendatang.
"Penelitian kami menunjukkan bahwa memperkenalkan teknologi baru ke model dan sistem kerja yang sudah kuno, gagal mencapai nilai produktivitas AI yang diharapkan," kata Kelly Monahan, Managing Director dan Head of The Upwork Research Institute, dirangkum KompasTekno dari Forbes, Jumat (26/7/2024).
Monahan juga berkata bahwa meski AI bisa meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan karyawan, berdasarkan hasil studi, perusahaan perlu mengelola bakat dan pekerjaan.
Misalnya dengan menciptakan model kerja yang disempurnakan dengan AI, termasuk memanfaatkan sumber daya manusia (SDM) alternatif yang siap mengadopsi AI, merundingkan parameter produktivitas bersama karyawan, hingga menerapkan pendekatan berbasis keterampilan saat perekrutan.
Perusahaan juga bisa melibatkan pakar dari luar kantor, untuk membantu karyawan dalam proyek AI.
Sementara bagi karyawan, Monahan menyarankan agar mereka lebih banyak terlibat dengan AI, misalnya dengan ikut program pelatihan AI.
Karyawan juga disarankan berkonsultasi dengan pakar untuk mendampingi mereka dan mengedukasi cara terbaik memanfaatkan AI, dihimpun KompasTekno dari Forbes.