Dosen UM: Guru Mudah Stres, Ada 5 Cara Mengatasinya
19-December-24, 11:13Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional - Bekerja menjadi seorang guru pun bisa merasakan stres setiap saat. Hal itu wajar saja karena setiap individu memiliki stressor masing-masing saat menjalankan profesinya.
Termasuk guru, pada momen tertentu bisa gejala stres yang tidak terhindarkan. Hal ini tentunya juga rentan dialami oleh guru.
Artikel The Hill yang terbit pada Juni 2022 menunjukkan bahwa guru AS mengalami stres kerja dua kali lipat dari stres tenaga kerja umum.
Meskipun angka kejadian di Indonesia belum pernah dilaporkan, bukan berarti guru tidak berisiko mengalami stres selama melaksanakan tugasnya.
Lalu bagaimana cara agar guru tidak mudah stres?
Cara mengatasi stres
Uswatun Khasanah Dosen Keperawatan Jiwa Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya para guru perlu mempelajari dan membiasakan diri melakukan beberapa cara agar tidak mudah stres selama bekerja.
Pertama adalah identifikasi, sebagai seorang guru yang memiliki risiko tinggi untuk mengalami stres akibat rutinitas kerja sehari-hari, penting bagi guru untuk mencoba mengidentifikasi kembali berbagai situasi yang berisiko tinggi menyebabkan stres.
“Identifikasi dapat dilakukan dengan mengingat kembali situasi saat seseorang memulai hari sampai dengan mengakhiri hari. Seseorang dapat mencatat situasi-situasi khusus yang menjadi stressor utama untuk selanjutnya mencari strategi penyelesaiannya, terutama dengan tidak kembali terjebak dalam stressor yang sama,” ujar Uswatun dilansir dari laman UM Surabaya.
Kedua, melakukan perubahan. Hal-hal yang berhasil teridentifikasi sebagai stressor dapat diubah dengan menggunakan strategi sistem manajemen seperti work-life balance.
Guru perlu menyeimbangkan antara tanggung jawab pekerjaan, kehidupan pribadi dan tanggung jawab lainnya, hal ini bisa dimulai dengan membagi waktu dengan tepat.
“Menyediakan waktu untuk merespons stres yang dirasakan dapat merubah suasana hati. Melakukan perubahan metode belajar mengajar menjadi lebih seru dan menyenangkan, sehingga secara tidak langsung mengurangi resposn terhadap stres,” imbuh Uswatun lagi.
Ketiga, fokus pada hal yang dapat dikontrol. Seseorang penting untuk membuat daftar yang dapat dikendalikan maupun yang tidak. Ada baiknya berfokus pada hal-hal atau pekerjaan yang dapat diselesaikan dengan pasti, mencapai ekspektasi yang realistis.
Keempat, saling memberikan dukungan. Para guru dapat saling berbagi kisah dan juga berbagi strategi cara mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
Sehingga masing-masing orang akan memiliki banyak strategi jika berada dalam situasi yang serupa.
“Ini merupakan bentuk peer support sederhana yang cukup efektif untuk mencegah atau bahkan mengurangis stres yang dialami,” katanya.
Kelima, latihan manajemen stres. Guru dengan beban kerja berlebih akan memiliki risiko tinggi mengalami stres.
Sehingga perlu membekali diri dengan beberapa teknik managemen stres seperti istirahat dan tidur yang cukup, makan makanan bergizi, meluangkan waktu untuk berolahraga atau melakukan aktivitas fisik lainnya, latihan relaksasi napas dalam, latihan meditasi, yoga maupun taichi.
“Hal-hal tersebut efektif membuat tubuh memproduksi hormon kebahagiaan sehingga stres berkurang,” pungkas Uswatun.