Pergeseran Tanah Ancam Brebes: Relokasi Jadi Solusi Utama, Drainase Darurat Diberlakukan

Bencana pergerakan tanah yang melanda Kabupaten Brebes telah menyebabkan kerusakan signifikan pada permukiman warga, memicu kekhawatiran mendalam. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Tengah mengidentifikasi faktor geologis sebagai penyebab utama, menekankan perlunya langkah relokasi sebagai solusi jangka panjang.

Kepala ESDM Jateng, Boedya Dharmawan, menjelaskan bahwa wilayah terdampak, khususnya di Desa Mendala, Kecamatan Sirampog, memang rentan terhadap pergeseran tanah. Kondisi ini diperparah oleh struktur tanah yang unik dan fenomena geologis seperti sesar dan potensi longsor. Selain itu, kemiringan lahan dan beban berlebih pada daya dukung tanah juga turut berkontribusi pada masalah ini.

Faktor Geologis dan Swell Factor

Boedya mengungkapkan bahwa formasi geologi di wilayah Sirampog Mandala didominasi oleh formasi lambatan. Formasi ini memiliki karakteristik tanah yang dapat mengembang secara signifikan saat terpapar air, sebuah fenomena yang dikenal sebagai swell factor. Ia mengibaratkan kondisi ini seperti memasak nasi; terlalu banyak air akan menghasilkan bubur. Sebaliknya, saat musim kemarau, tanah akan merekah, menciptakan celah di dalam tanah.

"Daerah-daerah dengan formasi seperti ini sebenarnya tidak ideal untuk hunian," tegas Boedya.

Pergeseran tanah terjadi setelah wilayah tersebut mengalami curah hujan tinggi selama musim penghujan. Hujan yang terus-menerus menyebabkan struktur tanah mengembang, sehingga memicu pergerakan bangunan di atasnya. Meskipun menyadari risiko, banyak warga memilih untuk tetap tinggal di tanah kelahiran mereka karena ikatan emosional dan budaya.

Dampak Kerusakan

Dampak dari pergeseran tanah bervariasi, mulai dari retakan kecil pada fondasi dan dinding bangunan hingga kerusakan yang lebih parah, seperti runtuhnya rumah dan atap. ESDM telah melakukan sosialisasi di wilayah-wilayah rawan bencana, namun upaya ini belum sepenuhnya membuahkan hasil karena resistensi warga untuk meninggalkan tanah leluhur mereka.

Solusi Jangka Panjang dan Pendek

Boedya menekankan bahwa relokasi merupakan solusi jangka panjang yang paling efektif. Namun, relokasi harus dilakukan ke daerah dengan struktur tanah yang berbeda untuk menghindari masalah serupa di masa depan. Proses ini memerlukan kajian mendalam dan kesepakatan dari semua pihak, termasuk masyarakat dan pemerintah daerah.

Sembari menunggu kesepakatan relokasi, langkah-langkah jangka pendek perlu diambil untuk meminimalkan risiko. Salah satunya adalah dengan mengatur drainase agar air tidak meresap ke dalam tanah di sekitar permukiman. Tujuannya adalah untuk mempercepat aliran air dan mencegah akumulasi yang dapat memperburuk kondisi tanah.

"Langkah jangka pendek adalah memperkecil tempat-tempat masuknya air ke dalam tanah, yaitu drainase-drainase diatur agar tidak berada di dalam areal pemukiman dan langsung segera dialirkan ke daerah yang relatif lebih aman. Jadi, air jangan terlalu lama berada di situ. Segera supaya cepat mengalir," kata Boedya.

ESDM terus berupaya mencari solusi terbaik untuk mengatasi masalah pergeseran tanah di Brebes, dengan mempertimbangkan aspek teknis, sosial, dan budaya. Prioritas utama adalah keselamatan warga dan keberlanjutan lingkungan.