Jawa Tengah Hadapi Dilema Pertumbuhan Penduduk dan Keterbatasan Anggaran

Provinsi Jawa Tengah dihadapkan pada tantangan serius seiring dengan laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan kemampuan fiskal daerah. Anggota DPD RI Jawa Tengah, Abdul Kholik, menyoroti ketidakseimbangan ini sebagai penghambat utama pembangunan di wilayah tersebut.

Dengan populasi saat ini mencapai 38 juta jiwa dan proyeksi meningkat menjadi 42 juta pada tahun 2045, kebutuhan anggaran untuk pembangunan infrastruktur dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat pada tahun 2025 diperkirakan mencapai Rp 50 triliun. Ironisnya, APBD Jawa Tengah saat ini hanya mampu mencukupi separuh dari kebutuhan tersebut, yaitu sekitar Rp 25 triliun.

"Kesenjangan antara kebutuhan anggaran dan ketersediaan dana ini mengakibatkan berbagai persoalan pembangunan yang tertunda dan tidak terselesaikan," ujar Kholik usai menghadiri Focus Group Discussion (FGD) yang membahas optimalisasi desentralisasi dan otonomi daerah dalam konteks RPJMD Jateng 2025-2029.

Kholik menekankan pentingnya mengoptimalkan potensi tiga sektor utama perekonomian Jawa Tengah, yaitu pertanian, kelautan, dan pariwisata. Sektor-sektor ini merupakan tulang punggung perekonomian daerah dan sumber penghidupan bagi sebagian besar masyarakat, termasuk petani, nelayan, dan pelaku pariwisata.

Prioritaskan Sektor Strategis

Kholik mendorong Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk memprioritaskan pengembangan ketiga sektor tersebut sebagai sumber pendapatan daerah tambahan.

  • Pertanian: Meningkatkan produktivitas dan nilai tambah produk pertanian melalui modernisasi dan diversifikasi.
  • Kelautan: Mengembangkan potensi perikanan dan kelautan secara berkelanjutan, termasuk industrialisasi produk perikanan dan pengembangan wisata bahari.
  • Pariwisata: Memperkuat daya tarik wisata Jawa Tengah dengan mengembangkan destinasi unggulan, meningkatkan kualitas layanan, dan mempromosikan potensi wisata secara efektif.

Mendorong Investasi dan Entrepreneurship Government

Kholik juga mengajak Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk menerapkan visi "entrepreneurship government" guna menarik investasi dan merangsang pertumbuhan ekonomi daerah. Ia mencontohkan potensi industri garam di Jawa Tengah yang belum dimanfaatkan secara optimal, serta perlunya penyelesaian pembangunan pelabuhan-pelabuhan untuk mendukung kegiatan ekonomi.

"Garam dapat menjadi salah satu kekuatan industri di Jawa Tengah, bahkan menjadi penopang swasembada garam nasional jika dikelola dengan baik," tegas Kholik.

Dengan memaksimalkan potensi yang ada, diharapkan perekonomian daerah dapat terdongkrak dan kesejahteraan masyarakat Jawa Tengah dapat meningkat secara signifikan.