Pendaki Iringi Kepergian Mbok Yem, Legenda Gunung Lawu, ke Tempat Peristirahatan Terakhir
Kepergian Wakiyem, atau yang lebih dikenal dengan Mbok Yem, pemilik warung legendaris di puncak Gunung Lawu, meninggalkan duka mendalam bagi para pendaki. Puluhan pendaki dari berbagai daerah turut mengantarkan jenazah almarhumah ke tempat peristirahatan terakhir di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Gonggang, Poncol, Magetan, pada malam hari.
Suasana haru menyelimuti prosesi pemakaman yang berlangsung hingga pukul 21.00 WIB. Bagi para pendaki, Mbok Yem bukan hanya sekadar pemilik warung, tetapi juga sosok ibu yang selalu memberikan semangat dan motivasi. Rina, seorang pendaki asal Ponorogo, mengaku sudah enam kali mendaki Gunung Lawu dan selalu bertemu Mbok Yem. Ia menganggap Mbok Yem seperti neneknya sendiri.
"Saya sudah enam kali naik ke puncak Lawu selalu ketemu Mbok Yem. Mbok Yem sudah seperti nenek sendiri selalu beri semangat buat aku," kenang Rina, dengan suara bergetar. Rina merasa bersyukur karena sempat bertemu dan merawat Mbok Yem saat dirawat di RSI Aisyiyah Ponorogo sebelum menghembuskan nafas terakhir.
Mbok Yem, yang berusia 82 tahun, meninggal dunia di kediamannya di Dusun Dagung, Desa Gonggang, Poncol, Magetan, setelah sempat menjalani perawatan di rumah sakit. Kondisi kesehatannya memang menurun sejak awal bulan puasa. Bahkan, untuk turun gunung, Mbok Yem harus ditandu oleh enam orang.
Kepergian Mbok Yem meninggalkan kenangan mendalam bagi para pendaki yang seringkali singgah di warungnya untuk beristirahat dan mengisi perut setelah mendaki. Mbok Yem dikenal sebagai sosok yang ramah, murah senyum, dan selalu memberikan nasihat-nasihat bijak. Salah satu pesan Mbok Yem yang selalu diingat oleh Rina adalah agar selalu semangat dalam menghadapi setiap tantangan. "Saya pernah naik pukul 23.00 WIB nangis dan ketemu Mbok Yem dan pesan kepada saya untuk kuat semangat," ujar Rina.
Mbok Yem memang dikenal sebagai bagian tak terpisahkan dari Gunung Lawu. Warungnya menjadi tempat persinggahan favorit bagi para pendaki. Tradisi Mbok Yem turun gunung biasanya dilakukan menjelang Lebaran. Namun, karena kondisi kesehatannya yang terus menurun sejak Februari 2025, Mbok Yem harus turun lebih awal. Kini, Mbok Yem telah beristirahat dengan tenang. Kenangan tentang keramahannya dan semangatnya akan terus hidup di hati para pendaki Gunung Lawu.