Legenda Gunung Lawu, Mbok Yem, Berpulang: Kisah Pengabdian di Puncak Lawu
Legenda Gunung Lawu, Mbok Yem, Berpulang: Kisah Pengabdian di Puncak Lawu
Kabar duka menyelimuti para pendaki Gunung Lawu. Wakiyem, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbok Yem, sosok legendaris yang selama puluhan tahun setia menemani para pendaki di puncak Gunung Lawu, telah berpulang pada hari Rabu, 23 April 2025, pukul 13.30 WIB. Mbok Yem menghembuskan nafas terakhir di kediamannya yang terletak di Dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Magetan.
Sebelum meninggal dunia, Mbok Yem sempat menjalani perawatan intensif di RSU Aisyiyah Ponorogo selama lebih dari dua minggu akibat penyakit pneumonia yang dideritanya. Kondisi kesehatan Mbok Yem memang dikabarkan menurun, bahkan sempat dikabarkan terjatuh di kamar kecil warungnya akibat pusing yang menyerang.
Pengabdian Tanpa Henti di Puncak Lawu
Nama Mbok Yem tak bisa dipisahkan dari Gunung Lawu. Selama lebih dari 35 tahun, ia dikenal sebagai sosok yang selalu siap sedia menyediakan makanan dan minuman bagi para pendaki yang singgah di warungnya yang sederhana di dekat puncak gunung. Kisah Mbok Yem bukan hanya tentang berjualan, tetapi juga tentang pengabdian dan ketulusan hati. Ia rela menahan sakit demi memastikan para pendaki tidak kelaparan. Bahkan, di tengah kondisi kesehatannya yang menurun, Mbok Yem tetap memaksakan diri untuk melayani pembeli, membuatkan telur goreng di dini hari.
Syaiful Gimbal, cucu Mbok Yem, mengungkapkan bahwa neneknya memang sosok yang gigih dan penyayang. Mbok Yem cenderung menyembunyikan rasa sakitnya, lebih mengkhawatirkan nasib para pendaki yang membutuhkan makanan jika ia tidak berjualan. Komunikasi dengan Mbok Yem pun tidak selalu mudah, namun keluarga selalu berusaha memantau kondisinya. Sebelum dirawat di rumah sakit, keluarga mengetahui bahwa Mbok Yem telah sakit selama seminggu.
Mencari Jamu di Hutan Lawu: Awal Mula Sebuah Warisan
Jauh sebelum membuka warung nasi pecel yang melegenda, Mbok Yem mengawali hidupnya dengan mencari tumbuhan jamu di hutan Gunung Lawu. Syaiful Gimbal mengenang masa kecilnya ketika menemani Mbok Yem mencari jamu di hutan. Ia bahkan pernah bermalam di hutan dan merasakan sendiri bagaimana Mbok Yem menggali tanah di sisi bukit untuk berlindung dari dinginnya malam.
Kehadiran warung Mbok Yem di puncak Lawu bermula dari kepeduliannya terhadap para pendaki yang kehabisan bekal. Dari bekal yang ia bawa untuk mencari jamu, Mbok Yem mulai mencoba berjualan makanan dan minuman. Siapa sangka, inisiatif kecil itu berkembang menjadi sebuah warung yang menjadi penyelamat bagi ribuan pendaki.
Rencana Pensiun yang Tak Tercapai
Setelah menjalani perawatan di rumah sakit, Mbok Yem sebenarnya berencana untuk pensiun dan fokus mengasuh cucu-cucunya. Ia ingin mewariskan warung nasi pecelnya yang telah berdiri kokoh selama puluhan tahun. Namun, takdir berkata lain. Sebelum impian itu terwujud, Mbok Yem telah dipanggil Sang Pencipta.
Kepergian Mbok Yem meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, para pendaki, dan seluruh masyarakat yang mengenal sosoknya. Kisah pengabdian dan ketulusan Mbok Yem akan terus dikenang sebagai bagian dari legenda Gunung Lawu.
Ucapan Duka dan Penghormatan Terakhir
Selamat jalan, Mbok Yem. Jasa-jasamu akan selalu dikenang. Semoga amal ibadahmu diterima di sisi-Nya, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Warisanmu akan terus hidup dalam setiap langkah pendaki yang menapaki puncak Gunung Lawu.