Kepergian Wakiyem, Ikon Gunung Lawu, Meninggalkan Kenangan Mendalam Bagi Para Pendaki
Gunung Lawu dan ribuan pendaki berduka. Wakiyem, yang lebih dikenal dengan sapaan akrab Mbok Yem, sang legenda Gunung Lawu, menghembuskan nafas terakhirnya di usia 82 tahun. Kabar duka ini menyebar dengan cepat, membawa kesedihan bagi mereka yang pernah merasakan kehangatan dan keramahannya di puncak gunung. Mbok Yem meninggal dunia di kediamannya di Dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Magetan, Jawa Timur, pada hari Rabu, 23 April 2025, meninggalkan jejak yang tak terlupakan di hati para pendaki.
Syaiful Gimbal, juru bicara keluarga, menyampaikan kabar duka tersebut. Jenazah Mbok Yem disemayamkan di rumah duka dan dimakamkan di pemakaman umum desa setempat. Kepergian beliau menjadi pukulan berat, terutama bagi komunitas pendaki yang selama ini menganggapnya sebagai sosok ibu di tengah gunung.
Beberapa waktu sebelumnya, Mbok Yem sempat menjalani perawatan intensif di RSU Aisyiyah Ponorogo akibat pneumonia atau peradangan akut pada paru-paru. Tim dokter yang terdiri dari spesialis paru, penyakit dalam, dan jantung berupaya memberikan perawatan terbaik. Kondisinya sempat menunjukkan perbaikan, namun sayangnya, kesehatannya terus menurun hingga akhirnya berpulang.
Jejak Langkah dan Kenangan Mbok Yem di Gunung Lawu
Nama Mbok Yem telah menjadi legenda di kalangan pendaki Gunung Lawu sejak tahun 1980-an. Warung sederhananya di puncak gunung menjadi oase bagi para pendaki yang lelah dan kedinginan. Lebih dari sekadar tempat makan, warung Mbok Yem adalah tempat berteduh, berbagi cerita, dan merasakan kehangatan persaudaraan di tengah alam yang keras.
Bagi banyak pendaki, Mbok Yem bukan hanya penjual makanan, tetapi juga sosok ibu yang penuh perhatian. Heri Susanto, seorang pendaki yang bertemu Mbok Yem pada tahun 2014, mengenang warungnya sebagai tujuan utama saat mendaki. "Pendakian itu Mbok Yem sebagai tujuan camp karena di sana ada shelter-shelter untuk menginap. Kami mendaki tidak membawa tenda," kenangnya.
Best Haryanto, seorang relawan Anak Gunung Lawu (AGL), telah mengenal warung Mbok Yem sejak tahun 1998. "1998 aku naik itu sama orangtua, dan warung itu sudah ada di sana. Mungkin jualannya sudah ada sejak tahun 1980-an," ujarnya. Warung Mbok Yem bukan hanya tentang makanan dan minuman, tetapi juga tentang nilai-nilai kesederhanaan, keramahan, dan kepedulian.
Mbok Yem adalah bagian tak terpisahkan dari Gunung Lawu. Kehadirannya telah memberikan warna dan makna tersendiri bagi setiap pendaki yang pernah menginjakkan kaki di puncaknya. Kepergiannya meninggalkan duka yang mendalam, namun kenangan tentang kebaikan dan keramahannya akan terus hidup dalam setiap langkah pendaki di Gunung Lawu.
Menu Warung Mbok Yem:
- Nasi Pecel Telur
- Tempe
- Minuman Hangat
Warung Mbok Yem dikenal dengan harga yang terjangkau, mengingat sulitnya akses logistik ke puncak gunung. Nasi pecel telur, salah satu menu andalan, menjadi favorit para pendaki. Lebih dari sekadar makanan, hidangan sederhana ini menjadi simbol kehangatan dan semangat di tengah dinginnya udara pegunungan.