Kisah Mbok Yem, dari Pencari Jamu di Lereng Lawu hingga Legenda Warung Puncak
Kepergian Wakiyem, atau yang lebih dikenal sebagai Mbok Yem, pada usia 82 tahun meninggalkan duka mendalam bagi para pendaki Gunung Lawu dan masyarakat Magetan. Sosok yang melegenda dengan warung sederhananya di dekat puncak gunung ini, ternyata menyimpan kisah perjuangan hidup yang panjang dan penuh liku.
Syaiful Gimbal, cucu Mbok Yem, mengenang masa kecilnya saat menemani sang nenek mencari tanaman obat di hutan Gunung Lawu. "Dulu, kalau bermalam di gunung, Mbok Yem membuat tempat tidur dengan menggali sisi bukit, membuat lubang di tanah agar hangat. Di luar sangat dingin," tuturnya, menggambarkan betapa kerasnya kehidupan Mbok Yem sebelum membuka warung.
Sebelum menjadi penjual makanan dan minuman bagi para pendaki, Mbok Yem adalah seorang pencari jamu tradisional. Ia berkeliling hutan Lawu, mengumpulkan berbagai jenis tanaman obat untuk dijual. Ide membuka warung muncul secara tak terduga, ketika ada pendaki yang kehabisan bekal dan meminta makanan kepada Mbok Yem. Dari situlah, ia mulai mencoba menjual sebagian bekalnya kepada para pendaki yang membutuhkan. Usaha kecil itu ternyata berkembang pesat, hingga akhirnya Mbok Yem memutuskan untuk menetap dan membuka warung permanen di dekat puncak Lawu.
Selama lebih dari 35 tahun, warung Mbok Yem menjadi tempat persinggahan favorit bagi ribuan pendaki. Bukan hanya sekadar tempat membeli makanan dan minuman, warung Mbok Yem juga menjadi tempat berlindung dari dinginnya udara gunung, tempat berbagi cerita, dan tempat mencari semangat. Rina Prayekti, seorang pendaki yang sering mengunjungi warung Mbok Yem, mengaku sangat kehilangan sosok inspiratif tersebut. "Mbok Yem selalu memberi semangat, mengingatkan bahwa hidup harus dijalani dengan tegar," ujarnya.
Keberadaan warung Mbok Yem di puncak Gunung Lawu telah memberikan dampak positif bagi para pendaki dan masyarakat sekitar. Warungnya menjadi oase di tengah kerasnya pendakian, memberikan kehangatan dan pertolongan bagi mereka yang membutuhkan. Mbok Yem sendiri dikenal sebagai sosok yang ramah, murah senyum, dan selalu siap membantu siapa saja.
Sebelum meninggal dunia, Mbok Yem sempat dirawat di RSU Aisyiyah Ponorogo karena penyakit Pneumonia. Ia berencana untuk beristirahat dari berjualan dan menghabiskan waktu bersama cucu-cucunya setelah sembuh. Namun, takdir berkata lain. Mbok Yem menghembuskan nafas terakhirnya di kediamannya di Dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Magetan. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, para pendaki, dan seluruh masyarakat yang mengenalnya.
Kini, warung Mbok Yem di puncak Lawu masih tetap buka. Namun, suasana tentu tak akan sama tanpa kehadiran sosok yang menjadi ikon gunung tersebut. Mbok Yem telah tiada, tetapi semangat dan kebaikannya akan selalu dikenang oleh para pendaki dan semua orang yang pernah merasakan manfaat dari keberadaannya.