Bank Indonesia Koreksi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Akibat Eskalasi Perang Tarif
Bank Indonesia (BI) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2025 menjadi 2,9 persen. Revisi ini merupakan respons terhadap meningkatnya ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS).
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa langkah balasan yang diambil oleh Tiongkok terhadap kebijakan tarif AS berpotensi diikuti oleh negara-negara lain. Eskalasi ini diprediksi akan memecah belah ekonomi global dan menurunkan volume perdagangan internasional.
BI memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi AS dan Tiongkok akan mengalami perlambatan seiring dengan dampak dari perang tarif tersebut. Tidak hanya kedua negara tersebut, pertumbuhan ekonomi negara maju dan berkembang lainnya juga diperkirakan akan terpengaruh, baik secara langsung melalui penurunan ekspor ke AS maupun secara tidak langsung melalui penurunan volume perdagangan dengan negara lain.
BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di bawah 5,1 persen, setelah sebelumnya diproyeksikan mencapai 5,1 persen pada tahun 2025. "Akibatnya, pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2025 diperkirakan akan menurun dari 3,2 persen menjadi 2,9 persen dengan penurunan terbesar terjadi di AS dan China," ujar Perry dalam konferensi pers.
Lebih lanjut, Perry menjelaskan bahwa perang tarif dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi AS, Tiongkok, dan ekonomi dunia akan meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan global dan mendorong investor untuk menghindari risiko. Kondisi ini menyebabkan penurunan imbal hasil (yield) US Treasury dan melemahnya indeks mata uang dolar AS (DXY), di tengah meningkatnya ekspektasi penurunan suku bunga acuan AS (Fed Funds Rate).
Akibatnya, aliran modal global bergeser dari AS ke negara dan aset yang dianggap aman (safe haven asset), terutama aset keuangan di Eropa dan Jepang, serta komoditas emas. Memburuknya kondisi global ini memerlukan penguatan respons dan koordinasi kebijakan untuk menjaga ketahanan eksternal, mengendalikan stabilitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.
Dana Moneter Internasional (IMF) juga telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,8 persen untuk tahun 2025. Proyeksi ini lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 3,3 persen yang dirilis pada Januari 2025. Penurunan ini disebabkan oleh dampak tarif yang diberlakukan oleh AS dan tindakan balasan oleh negara lain.
Berikut adalah poin-poin penting yang perlu diperhatikan:
- Revisi Proyeksi: Bank Indonesia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi 2,9 persen.
- Pemicu: Kebijakan tarif resiprokal AS menjadi pemicu utama revisi ini.
- Dampak Global: Perang tarif berpotensi memecah belah ekonomi global dan menurunkan volume perdagangan internasional.
- Perlambatan Ekonomi: Pertumbuhan ekonomi AS, Tiongkok, dan negara lain diperkirakan melambat.
- Dampak ke Indonesia: Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan di bawah 5,1 persen.
- Ketidakpastian Pasar: Perang tarif meningkatkan ketidakpastian di pasar keuangan global.
- Pergeseran Modal: Aliran modal global bergeser dari AS ke aset yang dianggap aman.
- Respons Kebijakan: Koordinasi kebijakan diperlukan untuk menjaga ketahanan eksternal dan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.
- Proyeksi IMF: IMF juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,8 persen.