Fedi Nuril Soroti Pentingnya Kesepakatan Royalti di Industri Film Sejak Awal Produksi

Aktor Fedi Nuril menyoroti pentingnya pembahasan royalti sejak awal produksi film. Menurutnya, permintaan royalti oleh pemain atau kru film adalah hal yang wajar, terutama jika film tersebut meraih kesuksesan dan terus ditayangkan di berbagai platform.

"Jika sebuah film diyakini akan sukses dan ada usaha yang dirasa pantas mendapatkan imbalan lebih, hal ini sebaiknya dibicarakan di awal. Akan menjadi tidak adil jika dibahas di tengah jalan tanpa adanya kesepakatan sebelumnya," ujar Fedi Nuril.

Aktor berusia 42 tahun ini menekankan bahwa semua kembali pada perjanjian bisnis yang disepakati oleh semua pihak yang terlibat sejak awal proses produksi. Fedi Nuril berpendapat, permintaan royalti menjadi wajar jika film tersebut ditayangkan di platform lain dan memberikan keuntungan tambahan. Semua ini, menurutnya, kembali pada negosiasi bisnis yang dilakukan.

Fedi Nuril mendorong para pelaku industri hiburan untuk tidak ragu membuka ruang diskusi sejak tahap awal produksi. Ia menekankan bahwa negosiasi atau pengajuan permintaan royalti bukanlah suatu masalah. Ia mencontohkan pengalamannya sendiri di awal kariernya, saat terlibat dalam film populer "Ayat-Ayat Cinta".

"Saya pernah mencoba hal ini di awal karier saya. Hasilnya, untuk saya pribadi, sudah diusahakan sejak film 'Ayat-Ayat Cinta'," pungkasnya.

Berikut adalah poin-poin yang disoroti Fedi Nuril mengenai royalti dalam industri film:

  • Pembahasan Awal: Royalti sebaiknya dibicarakan sejak awal produksi film.
  • Keadilan: Pembahasan royalti di tengah produksi tanpa kesepakatan awal dianggap tidak adil.
  • Negosiasi Bisnis: Permintaan royalti adalah bagian dari negosiasi bisnis.
  • Ruang Diskusi: Industri film harus membuka ruang diskusi tentang royalti.
  • Pengalaman Pribadi: Fedi Nuril pernah mencoba menegosiasikan royalti di film "Ayat-Ayat Cinta".

Dengan adanya kesepakatan yang jelas di awal, diharapkan semua pihak yang terlibat dalam produksi film dapat merasa dihargai dan mendapatkan imbalan yang sesuai dengan kontribusi mereka. Hal ini juga dapat menciptakan iklim kerja yang lebih profesional dan transparan di industri perfilman Indonesia.