Warisan Intelektual Bung Hatta: Cinta Buku dan Sebuah Impian Terpendam

Wakil Presiden pertama Republik Indonesia, Mohammad Hatta, atau yang akrab disapa Bung Hatta, dikenal luas sebagai seorang intelektual dan tokoh penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Kecintaannya pada buku telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitasnya. Pada peringatan Hari Buku Sedunia, mari kita menelusuri lebih dalam tentang warisan intelektual Bung Hatta yang abadi.

Koleksi Buku yang Tak Ternilai

Kisah tentang kecintaan Bung Hatta pada buku terukir jelas dalam berbagai catatan sejarah. Bahkan, saat menghadiri Konferensi Meja Bundar (KMB) di Belanda, ia menyempatkan diri untuk berbelanja buku. Buku-buku yang dibelinya bukan sekadar koleksi pribadi, melainkan warisan berharga bagi bangsa Indonesia. Buku-buku tersebut kemudian disumbangkan ke Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI), memungkinkan masyarakat luas untuk mengakses dan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang terkandung di dalamnya. Dedikasi ini mencerminkan keyakinan Bung Hatta bahwa pendidikan dan pengetahuan adalah kunci kemajuan bangsa.

Sejak muda, Bung Hatta telah menunjukkan ketertarikan yang besar pada dunia literasi. Ia rela menyisihkan uang sakunya untuk membeli buku, bahkan saat masih berstatus sebagai pelajar di Batavia. Toko buku loak di kawasan Harmoni menjadi saksi bisu kegemarannya melahap berbagai buku-buku yang dianggap berat pada masanya. Dengan dukungan finansial dari pamannya, Ayub Rais, Bung Hatta berhasil mengumpulkan koleksi buku yang mengesankan, termasuk karya-karya klasik tentang sosialisme dan ekonomi politik.

Berikut beberapa buku yang dikoleksi oleh Bung Hatta saat berada di Batavia:

  • HP Quack De Socialisten/Para Pelopor Sosialisme (6 jilid)
  • NG Pierson Staathusihoudkunde/Ekonomi Politik (2 jilid)
  • Bellamy Het jaar 2000/Tahun 2000

Bagi Bung Hatta, buku bukan sekadar barang koleksi, melainkan sumber inspirasi dan pengetahuan yang tak ternilai harganya. Kebiasaan membaca dan mengoleksi buku terus dilakukannya hingga akhir hayatnya, menghasilkan koleksi pribadi yang mencapai sekitar 10.000 judul.

Impian Sederhana di Balik Kesederhanaan

Di balik sosoknya yang sederhana dan kecintaannya pada buku, tersimpan sebuah impian terpendam. Setelah wafatnya Bung Hatta, sebuah fakta menarik terungkap. Ditemukan guntingan iklan sepatu merek Bally di dalam dompetnya. Sepatu Bally dikenal sebagai produk berkualitas tinggi dengan harga yang relatif mahal pada masanya. Meskipun mampu membeli ribuan buku, Bung Hatta tampaknya menahan diri untuk memenuhi keinginannya memiliki sepatu Bally.

Temuan ini memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang sosok Bung Hatta. Ia adalah seorang pemimpin yang memiliki integritas tinggi, rela berkorban demi kepentingan bangsa, dan hidup dalam kesederhanaan. Impiannya untuk memiliki sepatu Bally menunjukkan bahwa di balik kesederhanaannya, ia tetaplah seorang manusia biasa yang memiliki keinginan dan impian pribadi.

Kisah tentang kecintaan Bung Hatta pada buku dan impiannya yang sederhana memberikan inspirasi bagi kita semua. Warisan intelektualnya akan terus hidup dan menjadi pengingat akan pentingnya pendidikan, pengetahuan, dan integritas dalam membangun bangsa.