Ikon Baru Wonosobo: Patung Biawak Realistis Karya Seniman Lokal Curi Perhatian
Patung Biawak di Wonosobo Jadi Perbincangan Hangat
Sebuah patung biawak yang terletak di jalur penghubung antara Wonosobo dan Banjarnegara, tepatnya di Desa Krasak, Kecamatan Selomerto, Wonosobo, Jawa Tengah, telah menjadi viral di media sosial. Kemiripannya dengan biawak asli menjadi daya tarik utama, mengundang decak kagum dari warganet dan masyarakat sekitar.
Keberadaan patung ini ternyata merupakan inisiatif dari para pemuda karang taruna Desa Krasak. Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat, mengungkapkan bahwa ide pembuatan patung biawak sebagai ikon pintu masuk Wonosobo muncul saat berinteraksi dengan masyarakat setempat. Dipilihnya biawak sebagai representasi, menurut Bupati, didasari oleh populasi satwa tersebut yang memang banyak ditemukan di wilayah Krasak sejak lama.
"Saat ada kegiatan, saya hadir di sana. Kemudian masyarakat menyampaikan usulan untuk dibuat patung biawak atau patung menyawak sebagai ikon pintu masuk Wonosobo. Karena di Krasak itu banyak biawak sejak dulu," ungkap Afif.
Anggaran Minimalis, Hasil Maksimalis
Meski tidak menyebutkan angka pasti, Bupati Afif menekankan bahwa pembangunan patung biawak ini tidak membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pemerintah daerah, menurutnya, memilih untuk menggandeng Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dalam mewujudkan proyek ini.
"Anggarannya sangat minimalis dan cukup untuk membuat patung yang cukup bernilai. Pemerintah daerah kan nggak punya duit, jadi tidak dianggarkan lewat APBD. Justru kami memantik, menyentuh teman-teman BUMD. Kami punya BUMD yuk, gotong royong," jelasnya.
Afif juga menyampaikan rasa bangganya atas respons positif masyarakat terhadap patung biawak tersebut, terutama karena patung ini merupakan hasil karya seniman lokal Wonosobo.
Sentuhan Magis Seniman Lokal
Rejo Arianto, seniman di balik patung biawak yang sedang viral ini, memilih untuk tidak mengungkapkan secara rinci mengenai anggaran pembuatan patung tersebut. Ia hanya menyampaikan bahwa proses pengerjaan patung ini kerap kali diawali dengan modal sendiri, sebelum adanya alokasi anggaran.
"Sebagai seniman itu (nominal anggaran) sebetulnya kurang etis. Kalau tahu prosesnya, saya mengawali saja sampai ibaratnya berutang dulu sampai nanti ada anggaran lagi," ujar Ari.
Ari meyakinkan bahwa anggaran yang digunakan untuk pembuatan patung tersebut jauh di bawah angka Rp 1 miliar. Bahkan, dengan anggaran sebesar itu, ia merasa mampu membangun patung serupa di empat titik strategis di Wonosobo.
"Wah kalau Rp 1 miliar itu banyak, kalau memang anggarannya segitu saya siap bangun di empat penjuru mata angin," pungkasnya.
Kehadiran patung biawak ini diharapkan dapat menjadi daya tarik baru bagi Wonosobo, sekaligus menjadi bukti nyata potensi seni dan kreativitas yang dimiliki oleh masyarakat lokal.