Gelombang 'Clean Beauty': Preferensi Generasi Z Mendorong Transformasi Industri Kecantikan

Gelombang 'Clean Beauty': Preferensi Generasi Z Mendorong Transformasi Industri Kecantikan

Pergeseran preferensi konsumen, khususnya di kalangan Generasi Z, telah memicu gelombang transformasi dalam industri kecantikan. Konsep 'clean beauty' semakin mengemuka, bukan hanya sebagai tren sesaat, melainkan sebagai representasi nilai-nilai yang dianut oleh generasi muda yang semakin sadar akan dampak produk kecantikan terhadap diri mereka dan lingkungan.

Sebuah studi dari YCP Solidiance menunjukkan bahwa mayoritas konsumen di Indonesia, sekitar 80%, kini menjadikan keamanan produk sebagai prioritas utama dalam memilih produk perawatan kulit dan kosmetik. Bahkan, lebih dari 86% responden secara aktif memeriksa komposisi bahan sebelum melakukan pembelian. Fenomena ini menandakan meningkatnya kesadaran dan selektivitas konsumen muda terhadap produk yang mereka gunakan sehari-hari.

'Clean beauty' melampaui sekadar penggunaan bahan-bahan alami. Konsep ini mengintegrasikan tiga pilar utama:

  • Keamanan dan Etika Bahan: Memastikan bahan-bahan yang digunakan aman bagi kesehatan dan diproduksi secara etis.
  • Keberlanjutan Lingkungan: Mengutamakan praktik bisnis yang ramah lingkungan, termasuk penggunaan kemasan daur ulang dan pengurangan limbah.
  • Transparansi dan Tanggung Jawab: Menjalankan bisnis dengan terbuka, jujur, dan bertanggung jawab terhadap konsumen dan komunitas.

Dalam implementasinya, 'clean beauty' tercermin dalam berbagai aspek, mulai dari pemilihan produk tanpa pewangi sintetis dan paraben, penggunaan kemasan daur ulang, hingga dukungan terhadap merek yang transparan dalam proses produksi dan aktif berkontribusi pada komunitas lokal. Banyak brand kecantikan global dan lokal telah mengadopsi tren ini.

Youth to the People, misalnya, dikenal karena penggunaan bahan-bahan berbasis tumbuhan (plant-based) dan komitmen terhadap keberlanjutan di seluruh rantai produksi. Sensatia, brand kecantikan asal Bali, juga menjadikan 'clean beauty' sebagai landasan utama dalam pengembangan produk perawatan kulit, tubuh, dan rambut mereka.

"Bagi Sensatia, 'clean beauty' bukan sekadar tren, melainkan prinsip yang mendasari setiap keputusan kami," ungkap Michael Lorenti, CEO dan Founder Sensatia. Kunti Puspita Sari, Sales & Marketing Manager Sensatia menambahkan bahwa konsep 'clean' juga diterapkan dalam operasional pabrik dan kantor mereka di Karangasem, Bali, dengan memberdayakan komunitas sekitar dan memanfaatkan energi surya.

Namun, perjalanan menuju 'clean beauty' tidak selalu mudah. Brand-brand menghadapi berbagai tantangan, termasuk keterbatasan bahan baku yang etis, biaya produksi yang lebih tinggi, dan perlunya edukasi berkelanjutan kepada konsumen. Sensatia sendiri membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menerapkan konsep ini secara menyeluruh, hingga akhirnya dapat bertahan selama 25 tahun sejak didirikan.

Dengan perkembangan pesat 'clean beauty', sangat mungkin bahwa di masa depan konsep ini tidak lagi dianggap sebagai pilihan idealis, tetapi sebagai standar baru dalam industri kecantikan. Generasi Z, sebagai kelompok yang paling vokal dan aktif secara digital, memainkan peran penting dalam mendorong perubahan ini, karena mereka memilih produk berdasarkan keselarasan dengan nilai-nilai yang mereka yakini.

Industri kecantikan mengalami perubahan signifikan didorong oleh generasi Z yang mengutamakan keamanan dan bahan alami dalam produk kecantikan. Hal ini menandai pergeseran menuju standar baru yang lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan.