Australia Tuai Kecaman Usai Pemusnahan Koala dari Udara di Victoria

Gelombang kritik keras menghantam Australia setelah terungkapnya operasi pemusnahan koala dari udara di wilayah Victoria. Lebih dari 700 ekor hewan marsupial ikonik itu dilaporkan ditembak mati oleh petugas yang menggunakan helikopter, memicu amarah dari aktivis lingkungan dan masyarakat luas. Insiden ini terjadi pasca-kebakaran hutan dahsyat yang melanda kawasan Budj Bim, situs warisan dunia yang menjadi habitat penting bagi koala.

Kontroversi ini bermula ketika Departemen Energi, Lingkungan, dan Aksi Iklim (DEECA) melancarkan operasi di area terdampak kebakaran hutan. Pihak berwenang mengklaim tindakan ini diambil untuk mengakhiri penderitaan koala-koala yang mengalami luka parah akibat kebakaran. Namun, metode yang digunakan, yakni penembakan dari helikopter, dinilai tidak manusiawi dan serampangan.

Jess Robertson, Presiden Koala Alliance, mengecam keras operasi tersebut. Ia mempertanyakan bagaimana mungkin petugas dapat menilai kondisi seekor koala dari udara, dan menuding DEECA sengaja merahasiakan informasi ini dari publik. Robertson juga mengungkapkan bahwa banyak koala yang menjadi korban berasal dari perkebunan pohon karet biru di dekat taman nasional, yang baru saja dipanen.

Kepala Menteri Victoria, Jacinta Allan, membela kebijakan tersebut dengan menyatakan bahwa koala-koala yang ditembak telah diperiksa dan berada dalam kondisi luka parah dan menderita. Menurutnya, keputusan ini diambil setelah melalui pertimbangan matang dan dianggap sebagai cara terbaik untuk meringankan penderitaan hewan-hewan tersebut.

Namun, para peneliti koala menilai pendekatan ini sebagai indikasi kegagalan dalam pengelolaan spesies dan habitatnya. Rolf Schlagloth, peneliti dari CQ University Australia, menekankan pentingnya pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan sehat untuk mengurangi risiko kebakaran yang lebih besar. Ia juga menambahkan bahwa eutanasia seharusnya hanya menjadi pilihan terakhir, dan pemusnahan massal dari udara merupakan metode yang tidak dapat diterima.

Kontroversi ini semakin memperburuk citra Australia dalam upaya pelestarian koala, yang populasinya terus menyusut akibat hilangnya habitat dan dampak perubahan iklim. Insiden ini memicu seruan untuk melakukan investigasi menyeluruh dan meninjau kembali kebijakan pengelolaan satwa liar di negara tersebut.

  • Reaksi Publik: Kecaman luas dari aktivis lingkungan dan masyarakat.
  • Pembelaan Pemerintah: Klaim bahwa tindakan tersebut diambil untuk meringankan penderitaan hewan.
  • Tantangan Pelestarian: Populasi koala terus menyusut akibat hilangnya habitat dan perubahan iklim.
  • Metode yang Dikritik: Penembakan dari helikopter dinilai tidak manusiawi dan serampangan.