Kepergian Wakiyem, 'Mbok Yem' Legenda Gunung Lawu, Tinggalkan Kenangan Abadi Bagi Pendaki

Gunung Lawu dan para pendaki berduka. Wakiyem, lebih dikenal sebagai Mbok Yem, sosok legendaris yang telah lama menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman mendaki gunung tersebut, menghembuskan nafas terakhirnya pada hari Rabu, 23 April 2025. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi ribuan pendaki yang pernah merasakan kehangatan dan keramahannya di warung sederhana miliknya yang terletak di ketinggian 3.150 meter di atas permukaan laut, hanya selangkah dari puncak Lawu.

Mbok Yem, yang telah mengelola warungnya sejak era 1980-an, bukan hanya sekadar penjual makanan dan minuman. Ia adalah oase di tengah pendakian yang melelahkan, tempat para pendaki bisa beristirahat, mengisi perut, dan mendapatkan semangat baru untuk mencapai puncak. Warungnya menjadi simbol persahabatan dan kebersamaan di antara para pecinta alam.

Kabar sakitnya Mbok Yem pada bulan Maret lalu telah menyebar dengan cepat di kalangan pendaki. Banyak yang datang menjenguknya di RSU Aisyiyah Ponorogo, tempat ia dirawat. Doa-doa kesembuhan dipanjatkan, berharap ia bisa kembali ke warungnya dan menyambut para pendaki dengan senyum khasnya.

Mbok Yem bukan hanya berjualan, ia juga memberikan pertolongan bagi para pendaki yang membutuhkan. Ia tak pernah ragu untuk membantu mereka yang kelaparan atau kehausan, bahkan di tengah malam sekalipun. Baginya, kebahagiaan sejati adalah bisa meringankan beban orang lain.

"Saya senang bisa menolong orang yang membutuhkan di sana. Mereka tidak perlu repot dan khawatir soal makan dan minum saat berada di Puncak Lawu,” ujarnya dalam sebuah wawancara pada tahun 2022.

Kisah Mbok Yem ditandu saat naik turun gunung juga sempat viral di media sosial. Di usia senjanya, ia memang membutuhkan bantuan untuk mencapai warungnya. Namun, semangatnya untuk terus berjualan tak pernah padam. Ia selalu ingin merayakan Lebaran bersama keluarganya di Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, dan momentum itu mengharuskannya turun gunung.

Menurut penuturan Saelan, anak kedua Mbok Yem, ibunya tidak pernah memikirkan keuntungan materi. Yang terpenting baginya adalah bisa membantu para pendaki. Bahkan, ia rela mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk membawa pasokan barang dagangan ke warungnya.

"Kami memahami bagaimana Simbok lebih mementingkan bisa jualan di atas daripada memikirkan untungnya,” kata Saelan.

Warung Mbok Yem memang sederhana, namun menyimpan kenangan yang tak ternilai bagi para pendaki Gunung Lawu. Nasi pecel menjadi salah satu menu favorit yang selalu dirindukan. Tak jarang, para pendaki juga menginap di warungnya, merasakan kehangatan dan keramahan Mbok Yem.

Kini, Mbok Yem telah pergi. Namun, kenangan tentangnya akan terus hidup di hati para pendaki Gunung Lawu. Ia akan selalu dikenang sebagai legenda, pahlawan, dan sosok ibu bagi ribuan pendaki yang pernah merasakan sentuhan kebaikan hatinya.

Selamat jalan, Mbok Yem. Jasa-jasamu akan selalu dikenang.

Daftar Menu Warung Mbok Yem:

  • Nasi Pecel
  • Telur Goreng
  • Minuman Hangat

Momen Ramai Pendakian di Warung Mbok Yem:

  • 17 Agustus
  • Bulan Suro