Serangan Udara Israel Guncang Gaza, Belasan Warga Sipil Tewas Termasuk Anak-anak
Gelombang serangan udara Israel kembali menghantam Jalur Gaza, menewaskan sedikitnya 17 orang, termasuk wanita dan anak-anak. Serangan yang terjadi sejak Rabu dini hari tersebut, menyasar sejumlah wilayah di wilayah kantong Palestina itu, menambah daftar panjang korban sipil dalam konflik yang berkepanjangan.
Petugas penyelamat dari badan pertahanan sipil Gaza melaporkan bahwa salah satu serangan terparah menghantam sebuah kompleks sekolah di kawasan Al-Tuffah, Gaza City. Sekolah tersebut, yang difungsikan sebagai tempat penampungan pengungsi, luluh lantak akibat serangan udara yang memicu kebakaran hebat. Beberapa jasad ditemukan dalam kondisi mengenaskan, hangus terbakar di antara reruntuhan bangunan.
"Sedikitnya 17 orang tewas sejak dini hari," ujar Mahmoud Bassal, juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Rabu (23/4/2025). Bassal menambahkan, 11 korban jiwa di antaranya adalah wanita dan anak-anak yang tewas akibat serangan di sekolah Yafa.
Menurut laporan, puluhan ribu warga Gaza terpaksa meninggalkan rumah mereka dan mencari perlindungan di kamp-kamp pengungsian sejak konflik kembali memanas pada Oktober 2023. Banyak di antara mereka yang berlindung di bangunan-bangunan sekolah yang dianggap lebih aman. Namun, serangan terbaru ini menunjukkan bahwa tidak ada tempat yang benar-benar aman di Gaza.
Selain serangan di Al-Tuffah, serangan udara Israel juga dilaporkan menghantam wilayah lain di Jalur Gaza. Seorang anak dilaporkan tewas dalam serangan di Jabalia utara, sementara satu orang lainnya tewas di Khan Younis. Di Gaza City bagian timur, empat orang lainnya tewas akibat tembakan Israel yang menghantam rumah-rumah warga.
Bassal juga menyampaikan keprihatinannya mengenai keterbatasan peralatan dan perlengkapan yang dimiliki oleh tim penyelamat. Ia menyebutkan bahwa serangan udara Israel juga menghancurkan buldoser dan perlengkapan lain yang sangat dibutuhkan untuk membersihkan puing-puing dan mengevakuasi korban yang tertimbun di bawah reruntuhan. "Kami kekurangan peralatan dan perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan operasi penyelamatan yang efektif atau mengevakuasi jenazah para martir," ungkapnya.
Sementara itu, militer Israel menyatakan bahwa mereka menargetkan sekitar 40 unit "kendaraan teknik" yang diklaim digunakan untuk "tujuan teror". Namun, pernyataan ini tidak menjelaskan secara spesifik mengenai serangan terhadap sekolah Yafa atau serangan-serangan lain yang menewaskan warga sipil.
Kondisi kemanusiaan di Jalur Gaza semakin memburuk akibat konflik yang berkepanjangan. Badan-badan bantuan internasional memperkirakan bahwa sebagian besar dari 2,4 juta penduduk Gaza telah mengungsi setidaknya satu kali sejak perang dimulai. Kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan semakin memperparah penderitaan warga sipil yang terjebak di tengah konflik.