Sektor Asuransi Umum Berpotensi Tumbuh Subur di Tengah Penetrasi Pasar yang Belum Optimal

markdown Analis dari NH Korindo Sekuritas, Leonardo Lijuwardi, menyoroti prospek cerah bagi emiten asuransi umum di Indonesia. Optimisme ini didasarkan pada tingkat penetrasi asuransi umum di dalam negeri yang masih tergolong rendah, membuka peluang pertumbuhan yang signifikan di masa depan.

Menurut data dari Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), penetrasi asuransi umum di Indonesia baru mencapai 0,53% pada tahun 2024. Angka ini jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya. Namun, Lijuwardi menekankan bahwa tren pertumbuhan premi asuransi umum secara konsisten menunjukkan angka positif dalam lima tahun terakhir. Hal ini mengindikasikan potensi besar bagi industri ini untuk terus berkembang seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan risiko.

"Seiring dengan ekonomi yang tumbuh, peran asuransi umum semakin kuat dalam pengelolaan risiko," ujar Lijuwardi dalam keterangan tertulisnya. Ia juga menambahkan bahwa pertumbuhan populasi Indonesia yang berkelanjutan menjadi faktor pendukung utama bagi daya tarik industri asuransi umum.

Hingga akhir tahun 2024, tercatat ada 72 perusahaan asuransi umum yang beroperasi di Indonesia, dengan belasan di antaranya telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Meskipun skala bisnis masing-masing perusahaan bervariasi, penetrasi pasar yang rendah memberikan ruang bagi semua emiten asuransi umum untuk berkembang.

Lijuwardi juga menyoroti bahwa emiten asuransi umum yang terdaftar di BEI menarik untuk diperhatikan karena valuasi mereka relatif lebih rendah dibandingkan dengan emiten jasa keuangan lainnya. Sebagai contoh, PT Tugu Insurance Tbk (TUGU), anak perusahaan Pertamina Grup, memiliki rasio price to book value (PBV) sebesar 0,3 kali, yang berarti sahamnya diperdagangkan di bawah nilai modalnya. Padahal, laporan keuangan tahun 2024 menunjukkan bahwa total premi bruto konsolidasi TUGU mencapai Rp 8,5 triliun, meningkat 11% dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurut Lijuwardi, diversifikasi investasi ke sektor asuransi umum dengan valuasi yang menarik dan potensi dividen, seperti TUGU, dapat menjadi strategi investasi yang menguntungkan.

Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun (PPDP) Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Ogi Prastomiyono, sebelumnya menyatakan bahwa aset industri asuransi meningkat 1,03% year-on-year (yoy) menjadi Rp1.141,71 triliun pada Februari 2025. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan aset asuransi komersial sebesar 1,15% (yoy) menjadi Rp 920,25 triliun.

Namun, pendapatan premi asuransi komersial pada periode Januari-Februari 2025 tercatat sebesar Rp 60,27 triliun, menurun 0,94% (yoy). Penurunan ini disebabkan oleh kontraksi pada premi asuransi umum dan reasuransi sebesar 7,17% (yoy) menjadi Rp 27,91 triliun, meskipun premi asuransi jiwa tumbuh sebesar 5,16% (yoy) menjadi Rp 32,35 triliun.

Kendati demikian, Ogi menegaskan bahwa secara umum, permodalan industri asuransi komersial masih dalam kondisi yang solid. Industri asuransi jiwa serta asuransi umum dan reasuransi menunjukkan Risk-Based Capital (RBC) yang secara agregat masih baik, masing-masing 466,40% dan 317,88%, jauh di atas ambang batas ketentuan sebesar 120%.