Santorini: Antara Pesona Wisata dan Ancaman Letusan Gunung Berapi Dahsyat
Santorini: Surga Wisata di Atas Ancaman Vulkanik
Santorini, sebuah pulau di Yunani yang terkenal dengan pemandangan tebing curam yang menakjubkan dan desa-desa putih yang indah, merupakan tujuan wisata populer yang menghasilkan jutaan dolar setiap tahunnya. Namun, di balik keindahan dan kemewahan ini, tersembunyi potensi bahaya besar: letusan gunung berapi yang dahsyat.
Pulau ini terbentuk dari letusan dahsyat di masa lalu, yang menciptakan kaldera besar dan lanskap unik berbentuk tapal kuda. Kini, para ilmuwan sedang berupaya untuk memahami lebih dalam seberapa besar risiko letusan besar berikutnya, mengingat aktivitas seismik yang terjadi baru-baru ini.
Beberapa waktu lalu, serangkaian gempa bumi mengguncang Santorini, memaksa hampir setengah dari 11.000 penduduknya untuk mengungsi. Peristiwa ini menjadi pengingat yang jelas bahwa di bawah permukaan yang tenang, terdapat aktivitas tektonik yang signifikan. Dua lempeng tektonik terus bergesekan di bawah pulau, menciptakan tekanan yang dapat memicu letusan vulkanik.
Profesor Isobel Yeo, seorang ahli gunung berapi bawah laut dari Pusat Oseanografi Nasional Inggris, memimpin sebuah ekspedisi ilmiah untuk menyelidiki ancaman ini. Penelitian ini bertujuan untuk memahami jenis guncangan seismik yang dapat menjadi indikasi awal akan terjadinya letusan.
Gunung berapi bawah laut, yang jumlahnya mencapai dua pertiga dari total gunung berapi di dunia, seringkali kurang terpantau dibandingkan gunung berapi di darat. Padahal, gunung berapi bawah laut memiliki potensi untuk meletus dengan kekuatan yang sangat besar dan merusak.
Letusan terakhir Santorini terjadi pada tahun 1950, tetapi aktivitas vulkanik meningkat pada tahun 2012. Magma mengalir ke ruang-ruang di bawah gunung berapi, menyebabkan pulau-pulau di sekitarnya membengkak. Ini menunjukkan bahwa sistem vulkanik di bawah Santorini masih aktif dan berpotensi berbahaya.
Letusan Hunga Tonga-Hunga Ha'apai pada tahun 2022 di Pasifik, adalah contoh nyata kekuatan destruktif dari letusan gunung berapi bawah laut. Ledakan bawah laut itu adalah yang terbesar yang pernah tercatat, menghasilkan tsunami yang dampaknya terasa hingga ke Inggris. Beberapa pulau di Tonga hancur total, dan penduduknya tidak pernah kembali.
Para ilmuwan menggunakan robot bawah laut untuk menjelajahi dasar laut di sekitar Santorini, mengumpulkan cairan, gas, dan sampel batuan dari ventilasi hidrotermal. Ventilasi ini, yang terbentuk di dekat gunung berapi, memuntahkan air panas dari retakan di bumi, mengubah dasar laut menjadi lanskap berwarna oranye terang dengan bebatuan dan awan gas.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana interaksi antara air laut dan magma di ventilasi hidrotermal dapat memengaruhi eksplosivitas letusan gunung berapi. Hingga saat ini, belum ada yang tahu pasti apakah campuran ini membuat letusan menjadi lebih atau kurang berbahaya.
Ekspedisi ilmiah ini melibatkan 22 ilmuwan dari seluruh dunia. Mereka berdedikasi untuk mengungkap misteri gunung berapi bawah laut di Santorini dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang potensi bahaya yang mengintai di bawah pulau yang indah ini.