Tugu Biawak Krasak: Simbol Konservasi dan Identitas Lokal Wonosobo

Di jantung Desa Krasak, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo, menjulang sebuah monumen yang lebih dari sekadar hiasan. Tugu Biawak, setinggi empat meter, berdiri sebagai representasi visual yang kuat dari filosofi pelestarian lingkungan dan identitas budaya lokal.

Monumen ini bukan hanya sekadar patung, melainkan sebuah karya seni yang sarat makna, buah dari kolaborasi antara komunitas dan seniman. Ide awal pembangunan Tugu Biawak lahir dari inisiatif Karang Taruna Desa Krasak. Biawak, hewan endemik yang semakin langka di wilayah tersebut, dipilih sebagai representasi utama. Pemilihan ini bukan tanpa alasan. Biawak memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem setempat. Kehadirannya diharapkan dapat menjadi pengingat bagi masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Menurut Rejo Arianto, seniman yang bertanggung jawab atas pembuatan patung ini, Tugu Biawak lebih dari sekadar representasi fisik hewan tersebut. Setiap detail dirancang dengan cermat untuk mencerminkan keindahan dan keunikan biawak. Dari tekstur sisik hingga ekspresi wajah, semuanya dibuat seakurat mungkin untuk menghadirkan kesan hidup dan realistis. Arianto menekankan bahwa seni adalah ekspresi jiwa, dan ia berharap karyanya dapat menjadi pengingat bagi semua orang untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.

Filosofi yang terkandung dalam Tugu Biawak melampaui sekadar pelestarian lingkungan. Biawak, sebagai predator alami, memiliki peran penting dalam mengendalikan populasi hama. Dengan menghadirkan patung biawak, pesan yang ingin disampaikan adalah pentingnya menjaga hubungan harmonis antara manusia dan alam. Keseimbangan ekosistem adalah kunci keberlanjutan hidup, dan Tugu Biawak menjadi simbol visual dari pesan tersebut.

Selain aspek lingkungan, Tugu Biawak juga memiliki makna penting bagi identitas lokal Wonosobo. Daerah ini dikenal dengan keindahan alamnya, seperti pegunungan dan dataran tinggi Dieng. Tugu Biawak menambahkan dimensi baru pada identitas ini dengan menyoroti kekayaan fauna lokal sebagai bagian integral dari daya tarik daerah. Monumen ini menjadi simbol kebanggaan bagi warga Wonosobo, menunjukkan komitmen mereka terhadap pelestarian lingkungan dan budaya.

Proyek pembangunan Tugu Biawak juga menjadi contoh sukses kolaborasi antara seniman dan komunitas. Dana yang berasal dari CSR BUMD Wonosobo menunjukkan bagaimana keterlibatan berbagai pihak dapat menghasilkan karya berkualitas tanpa membebani anggaran besar. Dengan anggaran yang relatif terbatas, sebuah karya seni yang memiliki nilai filosofis mendalam dapat terwujud, menjadi sumbangsih nyata bagi Wonosobo.

Kehadiran Tugu Biawak disambut dengan antusiasme oleh masyarakat. Banyak yang memuji keindahan patung ini dan menganggapnya sebagai ikon baru Wonosobo. Patung ini tidak hanya menjadi penanda geografis, tetapi juga simbol perjuangan untuk melestarikan budaya dan lingkungan lokal. Tugu Biawak adalah bukti nyata bahwa seni dapat menjadi medium yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan penting kepada masyarakat, menginspirasi mereka untuk bertindak dan menjaga kelestarian lingkungan dan identitas budaya mereka.

Daftar Kata Kunci:

  • Tugu Biawak
  • Wonosobo
  • Konservasi
  • Identitas Lokal
  • Seni
  • Filosofi
  • Lingkungan
  • Komunitas
  • CSR
  • Krasak