Proyek Pangan di Papua Picu Kekhawatiran Deforestasi Skala Besar: Sorotan Dunia Tertuju pada Dampak Lingkungan

Proyek strategis pemerintah Indonesia di Papua, yang bertujuan meningkatkan ketahanan pangan, kini menjadi sorotan tajam komunitas internasional. Kekhawatiran utama adalah potensi proyek ini memicu deforestasi masif yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Laporan dari organisasi lingkungan internasional, termasuk Mighty Earth dan The TreeMap, mengungkapkan peningkatan signifikan dalam aktivitas penebangan hutan di wilayah timur Indonesia sejak akhir tahun lalu. Penebangan ini tidak hanya menyasar hutan lahan kering dan rawa alami primer dan sekunder, tetapi juga hutan bakau sekunder, sabana, dan semak belukar. Glenn Hurowitz, kepala eksekutif Mighty Earth, menyampaikan keprihatinannya kepada AFP, menyoroti bahwa tindakan ini berbeda dari kasus deforestasi pada umumnya. Menurutnya, proyek ini justru didorong oleh pemerintah yang berencana menebang hutan tersisa, termasuk lahan gambut kaya karbon yang merupakan habitat penting bagi spesies langka.

Pemerintah Indonesia berdalih bahwa lahan yang dibuka adalah lahan terdegradasi yang perlu dioptimalkan, dan meremehkan nilai ekologis wilayah tersebut sebagai rawa. Namun, data yang dikumpulkan oleh Mighty Earth menunjukkan bahwa proyek ketahanan pangan ini mengancam ekosistem yang lebih luas, termasuk lahan gambut dan hutan yang seharusnya dilindungi. Hurowitz menekankan bahwa Indonesia sebenarnya telah membuat kemajuan signifikan dalam memutus hubungan antara ekspansi pertanian dan deforestasi, namun proyek ini berpotensi menghancurkan semua pencapaian tersebut.

Kementerian Kehutanan mencatat deforestasi netto Indonesia mencapai 175,4 ribu hektare pada tahun 2024. Statista melaporkan bahwa pada tahun 2022, Indonesia menduduki peringkat keempat dunia dalam kehilangan hutan tropis primer terbesar. Menurut AP News, Indonesia telah kehilangan lebih dari 74 juta hektare hutan sejak tahun 1950, yang dialihfungsikan menjadi perkebunan kelapa sawit, produksi kertas, karet, nikel, dan komoditas lainnya.

Proyek ketahanan pangan yang tengah berjalan di Papua dan Kalimantan, menurut para ahli, memiliki skala yang sangat besar sehingga berpotensi menjadi proyek deforestasi terbesar di dunia. Proyek terbesar berada di Kawasan Pangan dan Energi Terpadu Merauke, yang mencakup lebih dari 3 juta hektare di Papua. Horowitz menggambarkan potensi dampak proyek ini sebagai "zona kematian", di mana semua vegetasi ditebang, satwa liar dihilangkan, dan digantikan dengan sistem monokultur.

Penilaian kelayakan proyek oleh pemerintah belum dipublikasikan. Namun, The Associated Press memperkirakan bahwa emisi karbon dioksida dari pembukaan lahan untuk proyek tersebut akan mencapai 315 juta ton setara CO2. Bahkan, penilaian independen oleh Pusat Studi Ekonomi dan Hukum yang berbasis di Indonesia memperkirakan angka tersebut bisa dua kali lipat.

Konsekuensi deforestasi ini mencakup erosi tanah, kerusakan kawasan keanekaragaman hayati, ancaman terhadap satwa liar dan masyarakat adat yang bergantung pada hutan, serta potensi memperburuk dampak bencana akibat cuaca ekstrem.