Kementerian PU Gandeng Petani Indramayu Kendalikan Hama Tikus dengan Burung Hantu

Kementerian Pekerjaan Umum (PU) terus berupaya mendukung sektor pertanian dengan cara yang berkelanjutan. Salah satu langkah konkretnya adalah dengan memanfaatkan predator alami untuk mengendalikan hama tikus yang seringkali meresahkan para petani.

Pada hari Selasa, 22 April 2025, Menteri PU Dody Hanggodo menyerahkan 12 ekor burung hantu kepada petani di Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu. Inisiatif ini merupakan kelanjutan dari program yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto, yang sebelumnya telah menyerahkan 1.000 ekor burung hantu di Majalengka pada awal April 2025.

"Pengendalian hama harus dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip keberlanjutan," ujar Dody Hanggodo. "Burung hantu adalah predator alami tikus yang sangat efektif, sehingga ekosistem sawah tetap terjaga dan hasil panen tidak terganggu."

Upaya ini dilakukan untuk melindungi keberhasilan program Irigasi Padi Hemat Air (IPHA) dari serangan hama tikus. IPHA merupakan metode pengairan yang inovatif, mampu menghemat air hingga 30 persen dan sekaligus meningkatkan produktivitas padi. Dengan kata lain, program IPHA diharapkan menjadi solusi efektif untuk meningkatkan hasil panen dan menjaga keberlanjutan sumber daya air.

Selain menyerahkan burung hantu, Kementerian PU juga menyediakan rumah burung hantu (rubuha) yang akan dibangun secara gotong royong di titik-titik strategis di area persawahan. Hal ini bertujuan agar burung hantu dapat menetap dan berkembang biak di lingkungan tersebut, sehingga pengendalian hama tikus dapat dilakukan secara berkelanjutan.

Menteri Dody Hanggodo menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam mencapai target swasembada pangan. Ia optimis, dengan kerja sama yang baik, Indonesia dapat memenuhi kebutuhan pangannya sendiri dan bahkan menjadi negara pengekspor pangan.

Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk–Cisanggarung melaporkan bahwa penggunaan burung hantu di Indramayu, Cirebon, dan Majalengka telah berhasil menurunkan populasi tikus secara signifikan tanpa menggunakan pestisida kimia. Ini menunjukkan bahwa pendekatan biologis dalam pengendalian hama dapat menjadi alternatif yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.

"Penggunaan burung hantu terbukti dapat menekan biaya produksi, menjaga kualitas lingkungan, dan memastikan stabilitas panen IPHA," kata Kepala BBWS Dwi Agus Kuncoro.

Dengan dukungan predator alami ini, Kementerian PU optimistis bahwa IPHA akan terus berkembang sebagai teknologi irigasi hemat air yang ramah lingkungan dan sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional secara berkelanjutan. Program ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain di Indonesia untuk menerapkan metode pertanian yang inovatif dan berkelanjutan.