Kisah Inspiratif Sarju: Menjahit Asa di Usia Senja Demi Keluarga

Di tengah hiruk pikuk jalanan Kota Bangkalan, tepatnya di Jalan Soekarno-Hatta, di tepi trotoar dekat kompleks perkantoran, terlihat sosok pria renta yang tengah berjuang. Sarju, pria berusia 63 tahun, dengan rambut memutih, setiap hari membuka lapak sederhana sebagai tukang jahit sepatu.

Di bawah naungan payung warna-warni, Sarju membuka gerobak kuningnya yang berisi peralatan jahit. Tangannya yang terampil, meski termakan usia, dengan cekatan memperbaiki sepatu dan sandal pelanggan yang datang silih berganti. Lokasinya yang strategis, di dekat kantor pemerintahan, menjadi berkah tersendiri baginya.

Sarju bukan penduduk asli Bangkalan. Ia berasal dari Porong, Sidoarjo. Menginjakkan kaki di Bangkalan sejak tahun 90-an, awalnya ia berjualan mainan di Pasar Lama, kini menjadi Gedung Serba Guna Rato Ebhu. Perubahan profesi menjadi tukang jahit sepatu terjadi karena tuntutan ekonomi. Saat anak-anaknya memasuki usia sekolah, kebutuhan keluarga meningkat pesat. Ia belajar menjahit sepatu dari seorang teman, dan sejak itu, rezekinya mengalir dari keterampilan barunya.

Dari hasil menjahit sepatu, Sarju berhasil membesarkan dan menyekolahkan kedua putrinya hingga lulus SMA. Kini, meski anak-anaknya sudah mandiri dan berkeluarga, Sarju tetap semangat bekerja. Baginya, bekerja bukan hanya soal mencari nafkah, tetapi juga tentang menjaga kesehatan fisik dan mental.

Rutinitas Sarju dimulai sejak pukul 6 pagi hingga 5 sore. Setiap dua minggu sekali, ia pulang ke Porong untuk menjenguk istri tercinta dan membawa hasil jerih payahnya. Penghasilannya memang tak seberapa, berkisar antara 30 ribu hingga 50 ribu rupiah per hari. Namun, baginya, yang terpenting adalah bisa memberikan nafkah kepada istrinya. Ia percaya bahwa rezeki sudah diatur oleh Tuhan dan tidak akan tertukar.

Salah seorang pelanggan setia Sarju, bernama Hafid, mengaku puas dengan hasil jahitan Sarju. Menurutnya, jahitan Sarju rapi, kuat, dan tahan lama. Ia sering membawa sepatu sekolah anaknya untuk dijahit agar lebih awet. Selain menjahit, Sarju juga mahir mengganti sol dan strap sandal yang rusak. Keterampilan ini sangat membantu para pelanggan yang ingin memperbaiki alas kaki mereka dengan biaya yang terjangkau.

Di usia senjanya, Sarju ingin terus bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat sekitar. Ia ingin terus bekerja selagi masih mampu, karena baginya, bekerja adalah ibadah. Ia mensyukuri setiap rezeki yang diterimanya, berapapun jumlahnya, karena ia yakin bahwa Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya.

Kisah Sarju adalah potret perjuangan seorang pria tua yang tak kenal lelah dalam mencari nafkah. Ia adalah contoh nyata bahwa usia bukanlah halangan untuk terus berkarya dan memberikan yang terbaik bagi keluarga. Semangat dan ketekunannya patut diacungi jempol dan menjadi inspirasi bagi kita semua.