Jarang Berhubungan Intim Bisa Berdampak Buruk, Ini Kata Peneliti
20-November-24, 19:19Sumber yang dilansir kumpulan berita terkini menyebutkan - Bagi yang berhenti berhubungan intim untuk sementara, alasannya bisa sedang mengobati penyakit tertentu, baru saja melahirkan normal, atau menjalani hubungan jarak jauh dengan pasangan.
Penelitian baru mengatakan, perempuan yang berhubungan seks kurang dari sekali dalam seminggu lebih mungkin meninggal lebih awal daripada mereka yang melakukan hubungan seks secara teratur.
Meskipun dampak yang serupa tidak diamati pada laki-laki, para peneliti mencatat bahwa hubungan seks yang lebih sering mengurangi kemungkinan kematian dini pada laki-laki maupun perempuan yang mengalami depresi.
Aktivitas seksual dan tingkat kematian
Peneliti mengatakan, aktivitas seksual penting untuk kesehatan kardiovaskular secara keseluruhan, mungkin karena berkurangnya variabilitas denyut jantung dan peningkatan aliran darah.
Dengan menggunakan temuan dari penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas seksual, yang didefinisikan secara luas, mampu memperbaiki hilangnya fungsi yang dapat terjadi seiring bertambahnya usia dan perkembangan penyakit.
Untuk mencapai kesimpulan ini, para peneliti menganalisis data dari 14.542 individu di AS, yang dicatat sebagai bagian dari survei kesehatan nasional yang dilakukan antara tahun 2005 dan 2010.
Secara total, 2.267 peserta survei memberikan rincian kehidupan seks mereka, dengan 94,4 persen dari orang-orang tersebut mengaku berhubungan seks setidaknya sebulan sekali, sementara 38,4 persen mengatakan mereka melakukannya lebih dari seminggu sekali.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa rata-rata orang dewasa AS melakukan hubungan seks sebanyak 54 kali setahun, atau sekitar seminggu sekali, sehingga para peneliti memutuskan untuk mengklasifikasikan peserta menjadi kelompok yang memiliki frekuensi seksual tinggi dan rendah, bergantung pada apakah mereka melakukan hubungan seksual lebih dari sekali seminggu atau kurang dari sekali seminggu.
Secara keseluruhan, perempuan dengan frekuensi seksual rendah memiliki kemungkinan 1,7 kali lebih besar meninggal karena sebab apa pun dibandingkan dengan mereka yang memiliki kehidupan seks yang lebih aktif.
Selain itu, peneliti juga mencatat bahwa efek ini mengikuti pola yang bergantung pada dosis, yang berarti bahwa semakin sedikit hubungan seks yang dilakukan seorang laki-laki, semakin tinggi pula risiko kematiannya.
Dan meskipun tidak menemukan respons yang sama pada laki-laki, para peneliti terkejut saat mengamati bahwa hubungan seksual tampaknya memiliki "hubungan yang mengubah" efek kesehatan yang merugikan akibat depresi pada kedua jenis kelamin.
Di samping itu, setelah menyesuaikan faktor risiko perancu seperti obesitas, usia lanjut, dan status sosial ekonomi rendah, peneliti menemukan bahwa orang yang menderita depresi sekitar tiga kali lebih mungkin meninggal selama periode tindak lanjut jika mereka juga memiliki frekuensi seksual rendah.
Tentu saja penting untuk dicatat bahwa hubungan sebab akibat tidak dapat disimpulkan dari korelasi tersebut, meskipun penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa seseorang cenderung mengalami suasana hati yang lebih baik dan tujuan hidup yang lebih besar pada hari setelah berhubungan seks, yang dapat berkontribusi pada perbaikan depresi dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Kumpulan berita terkini mengutip laporan dengan judul "Peneliti: Jarang Berhubungan Intim Bisa Berdampak Buruk",
Update berita lainnya di Seperti yang dilansir media nasional yang dikutip oleh kumpulan berita terkini dan Google News