BRIN Temukan Jenis Ular Air Baru di Sulawesi, Berekor Pipih
20-November-24, 18:32Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional - Tim peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan ular air jenis baru bernama Hypsiscopus indonesiensis di Danau Towuti, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Penemuan ini dipublikasikan oleh BRIN pada jurnal Treubia Volume 50 Nomor 1 Tahun 2023.
Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan, BRIN Amir Hamidy mengatakan, ular endemik Sulawesi ini lebih populer disebut ular air ekor pipih.
Menurutnya, kelompok genis ini hidup diperairan tawar, serta memangsa ikan kecil, anak katak, dan kepiting.
"Dilihat dari panjang tubuhnya, ular air tawar ini pun relatif kecil, yakni kurang dari 1 meter (lebih besar dari 700mm) dan hanya tersebar di Danau Towuti,” kata Amir dalam keterangan resminya yang diterima salah satu media nasional, sesuai yang dikompilasi kumpulan berita terkini Senin (29/1/2023).
Karenanya, ular ini memiliki tingkat endemisitas yang lebih tinggi dibandingkan H. matannensis.
Amir menuturkan, studi lebih lanjut mengenai populasi dan sebarannya diperlukan untuk mengevaluasi status konservasinya.
Penemuan ular jenis baru oleh BRIN ini menambah jumlah spesies ular di Sulawesi yang semula berjumlah 59 menjadi 60 spesies.
Proses penemuan
Berdasarkan studi molekuler yang dilakukan tim peneliti BRIN bersama tim dari Institut Pertanian Bogor, Universitas Tanjungpura, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), ular bewarna abu-abu kecoklatan ini memiliki ekor yang pipih secara lateral.
Tak hanya itu ular ini juga memiliki humlah baris sisik yang lebih banyak di bagian tengah tubuh, jumlah sisik ventral lebih banyak, jumlah sisik ekor lebih sedikit, dan pola warna yang khas (blirik) dibandingkan jenis Hypsiscopus lain.
“Ada cerita menarik dari temuan H. indonesiensis ini. Spesimen ular ini berasal dari enam spesimen yang dikoleksi pada tahun 2003 dan satu spesimen pada tahun 2019," jelas dia.
Amir menjelaskan, proses identifikasi yang memakan waktu sekitar 16 tahun ini akibat dari minimnya jumlah spesimen.
Setelah 2019, sivitas Lemba Ilmu Pengetahuan Indonesia (kini BRIN) membawa spesimen segar dari Danau Towuti yang sangat membantu proses identifikasi karakter diagnostik menjadi lebih valid.
Akhirnya temuan tersebut dipublikasikan pada jurnal Treubia Volume 50 Nomor 1 tahun 2023.Ular H. indonesiensis kemudian dinyatakan sebagai spesies endemik Danau Towuti.
Pada 1985, Amir memaparkan bahwa ular di Sulawesi hanya tercatat 55 jenis.