Simbol Toleransi Beragama Ada di Perbatasan Indonesia-Papua Nugini

SUARA azan bergema sekitar pukul 12.00 WIT di Masjid Al-Hijrah yang berada di lokasi Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Skouw, Perbatasan RI-PNG, Kampung Mosso, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua, Selasa (15/8/2023).

Azan ini menandakan tiba waktu shalat zuhur bagi umat Islam di sana. Menjadi menarik karena masjid yang tengah mengumandangkan azan ini berdampingan lokasi dengan Gereja Kristen Injili (GKI) di Tanah Papua Jemaat Eirene.

Kedua tempat ibadah ini berada tak jauh dari Pasar Perbatasan Skouw yang ramai dikunjungi oleh warga Papua Nugini di setiap Selasa dan Sabtu. Keduanya menjadi simbol toleransi antar-umat beragama di wilayah pos perbatasan di posisi paling atas Pulau Papua tersebut.

Pengurus masjid, Agus Khusnu, mengatakan, toleransi beragama di perbatasan Skouw sangat baik, terutama antara umat Islam dan Kristen.

"Kita saling kerja sama dan hubungan toleransi sangat baik. Kita saling membantu dan saling menghormati dan menghargai," katanya kepada sumber yang dilansir kumpulan berita terkini di Masjid Al-Hijrah Perbatasan Skouw, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua, Selasa (15/8/2023).

Kata Agus, Masjid Al-Hijrah dan GKI Jemaat Eirene yang ada di perbatasan ini dibangun oleh Badan Nasional Pengelolaan Perbatasan (BNPP).

Seusai dibangun, masjid diserahkan kepada  Pengurus Masjid Al-Hijrah dan gereja diserahkan kepada GKI di Tanah Papua, untuk pelaksanaan aktivitas peribadatan bagi umat dan jemaat yang ada di wilayah perbatasan.

"Di Masjid Al-Hijrah, umat yang ibadah pas hari-hari pasar itu bisa sekitar ratusan orang. Kalau hari biasa bisa sekitar 10-20 orang," ucap Agus.

Diserahkan pada 2021, lanjut Agus, masjid tersebut tetap dalam pantauan BNPP.

Sementara itu, Ketua Jemaat GKI Eirene, Klasis GKI Muara Tami, Pendeta Bastian Warobay menyebutkan bahwa ada 16 kepala keluarga (KK) jemaat Kristen atau Nasrani di kawasan PLBN Skouw.

Menurut Bastian, jemaat di GKI Eirene ini terdiri dari pegawai perbatasan, anggota TNI-Polri, serta warga masyarakat sekitar PLBN Skouw—baik pemukim maupun mereka yang membuka usaha di kawasan PLBN Skouw.

Bastian membeberkan bahwa toleransi kehidupan beragama yang ada di wilayah perbatasan PLBN Skouw selama ini berjalan dengan baik.

“Misalnya, beberapa waktu lalu ada hari Idul Adha (Kurban) dari umat Muslim, kami dilibatkan untuk bersama-sama merayakannya,” ungkap Bastian.

Menurut Bastian, kehidupan keluarga di PLBN Skouw, baik umat Kristen dan umat Islam yang ada di perbatasan berjalan dengan baik.

"Saling mengisi dan berbagi serta terlibat aktif dalam mendukung kegiatan yang dilaksanakan oleh gereja ataupun masjid di wilayah perbatasan,” tutur dia.

https://regional.kompas.com/read/2023/08/17/075856478/simbol-toleransi-beragama-ada-di-perbatasan-indonesia-papua-nugini