BI Masih Perlu Tahan Suku Bunga 6,25%, Ini Alasannya
20-November-24, 17:19JAKARTA - Bank Indonesia (BI) dinilai masih perlu mempertahankan BI Rate di level 6,25% pada periode Agustus 2024. Saran ini diberikan atas dasar beberapa bahan pertimbangan.
Pertimbangan pertama, inflasi umum melambat menjadi 2,13% (y.o.y) pada Juli 2024, turun dari 2,51% pada Juni 2024, didorong oleh penurunan harga pangan pascapanen dan permintaan yang lebih rendah setelah Idul Adha.
"Inflasi inti naik tipis menjadi 1,95% (y.o.y) pada Juli 2024, didorong oleh kenaikan harga emas perhiasan, kopi, dan pendidikan," kata Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky, dalam keterangannya, Rabu (21/8/2024).
Pertimbangan kemungkinan The Fed memangkas suku bunganya yang mencapai level tertinggi sejak pertengahan 2020, sehingga arus modal masuk ke berbagai negara berkembang dan Rupiah telah ter-apresiasi sebesar 3,21% (m.t.m.) dalam 30 hari terakhir.
Rupiah terapresiasi sebesar 3,80% ersen menjadi Rp15.675 per USD antara 30 Juli dan 14 Agustus, didukung oleh arus modal masuk di tengah ekspektasi penurunan suku bunga The Fed.
Kemudian, cadangan devisa Indonesia meningkat sebesar USD5,2 miliar, kenaikan bulanan tertinggi sejak Desember 2023.
Meskipun inflasi menurun, penurunan suku bunga yang terlalu cepat dapat meningkatkan volatilitas mata uang RI dan berpotensi melemahkan rupiah karena dapat memicu arus modal keluar.
Untuk menjaga perbedaan suku bunga dan menstabilkan mata uang, lanjut Riefky, Bank Indonesia perlu menyelaraskan momentum penurunan suku bunga dengan pelonggaran moneter the Fed.