Menerawang Lowongan Kerja Masa Depan di Era "Khodam" AI
20-November-24, 14:18HOMO LUDENS. "Insan yang bermain" menurut filsuf Belanda, Johan Huizinga, menemukan konteksnya dalam fenomena viral "cek khodam online". Bayangkan, mengecek hal gaib menggunakan teknologi online atau daring.
Antropolog Unair, Biandro Wisnuyana menyebut "cek khodam online" menjadi viral karena masyarakat Indonesia sangat suka dengan hal mistis dan cocoklogi (percocokan logika) alias utak-atik gathuk.
Dia menyebut, fenomena ini sifatnya hiburan semata saja. Dalam bahasa gaul Anak Jaksel, have fun saja atau sekadar buat lucu-lucuan saja.
Khodam sendiri dikutip dari berbagai sumber merupakan bahasa Arab yang mengandung arti pembantu. Kata ini kemudian diserap dalam bahasa Indonesia dalam KBBI menjadi khadam yang memiliki makna sama: pembantu atau pelayan.
Sejalan fenomena "cek khodam online" yang rasanya masih harus kita buktikan secara empiris, sesungguhnya sudah ada khadam, "pembantu" manusia modern yang juga tidak kasat mata, namun menjadi bagian keseharian kerja: kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Dalam laporan global Work Trend Index 2024 yang melibatkan 31.000 responden di 31 negara termasuk Indonesia, mengemuka fakta menarik: sebanyak 92 knowledge workers di Indonesia sudah memiliki "khodam" AI di tempat kerja.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan angka global, yakni 75 persen dan Asia Pasifik 83 persen.
Meski tidak seperti "khodam musang sumatera" atau "khodam rawa rontek", khadam AI sama-sama memiliki kemampuan yang bisa dimanfaatkan untuk menyelesaikan masalah bagi manusia, termasuk di dunia kerja.
Oleh karena itu, 76 persen karyawan di Indonesia berinitiatif untuk membawa khodam atau perangkat solusi AI mereka sendiri ke tempat kerja (Bring Your Own AI/BYOAI).
Lalu apa dampak "khodam" AI ini bagi lowongan kerja masa depan pekerja Indonesia? Mari kita terawang bersama.
AI Jadi Keniscayaan Hari Ini
Data Work Trend Index 2024 menyebut sebanyak 69 persen pemimpin perusahaan di Indonesia secara tegas menyatakan mereka tidak akan merekrut karyawan yang tidak memiliki kemampuan menggunakan AI.