HSBC Global Trade Solutions, Solusi Bisnis Tembus Perdagangan Dunia
20-November-24, 11:36Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional – Pandemi Covid-19 dan ketegangan politik yang membayangi dunia sejak 2022 mengguncang ekonomi dunia dalam waktu singkat.
Hal itu membuat rantai pasokan terganggu. Inflasi dan kenaikan suku bunga acuan juga terjadi hampir di seluruh belahan dunia.
Beruntung, perekonomian dunia dapat pulih lebih cepat dari perkiraan. Dalam World Economic Outlook, International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan bahwa inflasi global turun dari 6,8 persen pada 2023 menjadi 5,9 persen pada 2024 dan 4,5 persen pada 2025.
Ekonomi dunia juga diperkirakan tumbuh 3,2 persen pada 2024 dan 2025. Sebelumnya, ekonomi dunia tumbuh 2,3 persen pada 2022.
Proyeksi-proyeksi tersebut menepis perkiraan stagflasi, atau bahkan resesi, yang sempat muncul.
Outlook tersebut juga diperkuat dengan kinerja perdagangan global. Menurut Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), arus perdagangan barang dan jasa mengalir lebih deras ketimbang perkiraan.
Pada 2024, perdagangan global diproyeksikan tumbuh 2,3 persen atau dua kali lipat dari realisasi pertumbuhan sebesar 1 persen pada 2023. Kenaikan itu diperkirakan berlanjut pada 2025 dengan pertumbuhan sekitar 3,3 persen.
Jika seluruh proyeksi tersebut menjadi nyata, UN Trade and Development (UNCTAD) memperkirakan nilai perdagangan global mencapai 32 triliun dollar AS pada 2024.
Menurut OECD, beberapa faktor kunci pemulihan cepat perdagangan global adalah kucuran stimulus di China dan pertumbuhan ekonomi yang stabil di Amerika Serikat.
Selain itu, ekonomi Asia yang dinamis juga mendorong perdagangan global. Perlu dicatat bahwa 11 dari 30 koridor perdagangan global melibatkan ekonomi Asia.
Integrasi perdagangan yang berkembang pesat di kawasan ini menjadi temuan HSBC Global Research. Riset itu memproyeksikan nilai ekspor intra-Asia naik menjadi 7,1 triliun dollar AS pada 2030 dari 4,3 triliun dollar AS pada 2023.
Pemberdaya perdagangan global
Seperti diketahui, salah satu kunci keberhasilan perdagangan global adalah mitra yang tepat, khususnya terkait pembiayaan dan kepakaran di bidang tersebut.
Sebagai bank dengan akses terhadap 90 persen arus perdagangan global serta pemahaman mendalam tentang pasar domestik, HSBC pun menghadirkan fasilitas pembiayaan senilai 850 miliar dollar AS.
“Pengalaman selama 140 tahun di Indonesia dan jaringan global yang kuat menjadikan HSBC mitra tepat bagi usaha yang hendak memperkuat rantai pasokan, memperluas pasar baru, dan mengarungi ekosistem dunia yang dinamis,” ujar Country Head of Global Trade Solution HSBC Indonesia Delia Mellisa dalam siaran pers yang diterima salah satu media nasional, sesuai yang dikompilasi kumpulan berita terkini Selasa (6/8/2024).
Guna menopang tujuan tersebut, lanjutnya, HSBC menawarkan Global Trade Solutions (GTS). Solusi ini memiliki beragam layanan yang relevan bagi pelaku usaha agar dapat memanfaatkan peluang bisnis di tengah tren pemulihan perdagangan internasional.
Layanan GTS HSBC di bidang perdagangan mencakup mitigasi risiko pembayaran lintas batas, penarikan pinjaman tepat waktu untuk pembayaran ke pemasok, dan kepatuhan penerapan prinsip environmental, social, and governance (ESG).
Tak dapat dimungkiri, perdagangan global merupakan ranah bisnis yang kompleks dan dinamis. Dinamika ini terkait pasokan dan permintaan, termasuk permintaan musiman serta inventori yang tinggi. Hal ini pada akhirnya membebani modal kerja.
Di Indonesia, hal tersebut kerap terjadi pada momen Ramadhan serta menjelang liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru).
“Untuk mendukung dinamika tersebut, GTS menghadirkan layanan HSBC TradePay, yakni fasilitas pinjaman modal kerja untuk membayar pemasok secara tepat waktu,” ucap Delia.
Selain meringankan beban kas perusahaan, HSBC TradePay juga memungkinkan relasi yang baik dengan pemasok (supplier) sehingga pasokan menjadi relatif terjamin, bahkan pada periode puncak sekalipun.
Proaktif, bukan reaktif
Kemampuan mengelola relasi yang sehat dengan pemasok merupakan salah satu hal mendasar dan krusial dalam perdagangan. Kehadiran HSBC TradePay memungkinkan perusahaan untuk merencanakan pembayaran secara lebih baik.
“Keunggulan itu memungkinkan pendekatan yang proaktif atas permintaan pasar, termasuk di kala permintaan meningkat karena siklus musiman atau saat perusahaan memenangkan kontrak besar. Jadi, pemilik usaha tak perlu berada di posisi pasif-reaktif. Mereka pun bisa melakukan langkah-langkah antisipatif,” jelas Delia.
Delia menyebut, dalam menjalankan bisnis, HSBC berpedoman pada jalinan kemitraan jangka panjang. Oleh sebab itu, HSBC berupaya menghadirkan layanan tepat guna bagi beragam jenis nasabah. Layanan ini pun dapat digunakan dengan nyaman dan aman secara digital.
“Semoga berbagai layanan tersebut menjadi solusi mitra usaha pada setiap siklus bisnis, termasuk di tengah situasi global yang bergerak dinamis,” kata Delia.
Delia menegaskan bahwa pengalaman panjang HSBC memungkinkan pengembangan produk dan solusi inovatif bagi dunia usaha. Dengan demikian, perusahaan dapat berfokus pada upaya dan sumber daya ke ekspansi usaha.
HSBC sendiri memiliki lebih dari 5.000 pakar perdagangan di lebih dari 50 pasar utama dunia. Komitmen ini membantu perusahaan mencari prospek usaha dan sekaligus menakar faktor risiko dengan membagikan perspektif serta pemahaman tentang perkembangan dunia yang bergerak cepat.
“Bersama HSBC, kompleksitas perdagangan global menjadi lebih sederhana. HSBC juga menjadikan dunia sebagai tempat yang lebih terkoneksi sehingga bisnis tumbuh secara berkelanjutan dengan mudah, nyaman, dan penuh percaya diri,” imbuh Delia.