Suku Gayo, Suku Terbesar Kedua di Aceh
20-November-24, 11:23Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional - Dataran Tinggi Gayo merupakan daerah di sekitar Danau Laut Tawar, Provinsi Aceh. Dataran tinggi itu berada di ketinggian 600 sampai 1.500 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Dikutip dari buku Suku-suku Bangsa di Sumatera karya Giyanto, Dataran Tinggi Gayo menjadi permukiman dari Suku Gayo. Suku ini merupakan suku asli yang mendiami Provinsi Aceh.
Suku Gayo merupakan suku terbesar kedua yang ada di Aceh setelah Suku Aceh yang mendiami wilayah pesisir.
Sejarah Suku Gayo
Menurut masyarakat setempat, nama Gayo berasal dari kata pegayon yang berarti sumber air jernih tempat ikan suci dan kepiting.
"Sampai saat ini, sejarah suku bangsa Gayo belum terungkap secara pasti. Belum ditemukan sumber sejarah yang bisa menjadi rujukan asal mula suku bangsa Gayo," tulis Giyanto dalam bukunya.
Akan tetapi, keberadaan suku ini kerap kali dihubungkan dengan Kerajaan Linge. Kerajaan ini berdiri sekitar tahun 416 Hijriyah atau 1025 Masehi.
Dilansir dari Resam Perkawinan Masyarakat Gayo karya Ista Tantawi, sebelum kemerdekaan Indonesia, salah satu subsuku Gayo, yakni Gayo Lues, merupakan wilayah kekuasaan kerajaan. Kerajaan yang oleh masyarakat setempat disebut reje itu memiliki beberapa raja.
- Mengenal Suku Tengger di Kawasan Bromo, Peradaban sejak Zaman Majapahit
- Mengenal Radakng, Rumah Adat Terbesar di Indonesia Milik Suku Dayak
Reje Gele memimpin 12 kampung dan berkedudukan di bagian barat Blangkejeren. Ada pula Reje Rema yang memimpin 11 kampung dan berkedudukan di Kute Panyang.
Reje Bukit merupakan raja yang memimpin 7 tujuh kampung dan berkedudukan di bagian timur Blangkejeren. Yang terakhir ada Reje Kemala yang memimpin 13 kampung dan berkedudukan di Rikit Gaib.
Keempat wilayah yang dipimpin oleh para raja tersebut dipercayai menjadi cikal bakal lahirnya Suku Gayo Lues.
Dilansir dari Islam dan Budaya Masyarakat Gayo Provinsi Aceh: Kajian Sejarah dan Sosial karya Arfiansyah, Gayo pertama kali muncul dalam literatur Melayu "Hikayat Raja-raja Pasai".
Hikayat itu berisi cerita tentang para raja Aceh yang berkuasa sejak tahun 1280 sampai 1400.
Sejarah suku Gayo dalam versi literatur melayu tersebut berkaitan erat dengan penolakan masyarakat setempat untuk masuk Islam.
Menurut Hikayat ini, masyarakat tersebut melarikan diri dengan mengikuti arah Sungai Peusangan ke hulu. Kelompok yang melarikan diri inilah yang kemudian disebut sebagai orang Gayo.
- Suku Batak di Sumatera Utara, Nenek Moyangnya dari Asia Selatan
- Kain Sasirangan, Kain Khas Suku Banjar dari Abad ke-12
"Kata Gayo diyakini sebagai modifikasi kata dari etnis Aceh yang berasal dari kata ka yo, yang berarti takut," jelas Arfiansyah.
Setelah berhasil melarikan diri ke wilayah dataran tinggi di hulu sungai, kelompok ini masuk Islam dengan keinginannya sendiri. Kelompok inilah yang diyakini menjadi cikal bakal dari Suku Gayo.