Guru Besar UI Siapkan Aplikasi Permudah Deteksi Penyakit Skabies

JAKARTA - Sandra Widaty dikukuhkan sebagai Guru Besar oleh Rektor Universitas Indonesia (UI) Ari Kuncoro. Dalam pidato pengukuhannya, Sandra Widaty menyoroti soal penyakit yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei.

Skabies atau yang lebih dikenal dengan sebutan gudik/buduk merupakan penyakit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei, tungau yang sangat menular terutama melalui kontak langsung. Skabies bukan merupakan penyakit yang mematikan, namun dapat menurunkan kualitas hidup seseorang.

Selain mudah menular, pengobatannya perlu dilakukan dengan anggota keluarga dan/atau komunitas tempat pasien tinggal. Kesulitan memberantas skabies membuat angka prevalensi tinggi di beberapa negara di dunia.

Berdasarkan data Global Burden of Disease Study pada 2015, Indonesia menduduki peringkat pertama negara dengan beban skabies terbesar dari 195 negara. Jumlah kasus terbanyak ditemukan di sekolah berasrama, seperti pondok pesantren dan panti asuhan. Sayangnya, terdapat stigma bahwa skabies merupakan penyakit biasa dan wajar diderita santri, dan peran tenaga nonmedis di sekolah berasrama belum optimal dalam melakukan promosi kesehatan.

Menurutnya, terdapat beberapa strategi khusus dilakukan dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan skabies di Indonesia. Tim Bebas Skabies FKUI mengembangkan sebuah instrumen bernama Deskab berbentuk kuesioner khusus, berbahasa awam untuk memudahkan deteksi skabies.

Instrumen tersebut kemudian dikembangkan menjadi sebuah aplikasi seluler bernama Aplikasi Deskab yang ditujukan bagi pengguna awam untuk kasus curiga skabies. Aplikasi Deskab yang dapat diunduh dari Google Playstore ini memiliki dua fitur utama, yaitu deteksi dan edukasi skabies.

"Fitur deteksi menampilkan kuesioner instrumen Deskab, sedangkan fitur edukasi berisi informasi penyebab, cara penularan, tanda dan gejala, pengobatan, serta pencegahan skabies," ujarnya, Jumat (8/3/2024).

Selain aplikasi Deskab, berbagai informasi, animasi, dan video bahan ajar telah diunggah pada website www.deskab.fk.ui.ac.id serta channel YouTube @Deskab. Strategi berikutnya adalah mengadakan pelatihan dalam rangka meningkatkan pengetahuan tenaga nonmedis dalam deteksi dini skabies.

Selain itu, penanganan skabies meliputi pengobatan, sistem rujukan berjenjang yang baik, serta pencegahan oleh individu maupun komunitas. Pengobatan anti skabies lini pertama yang saat ini digunakan di Indonesia adalah krim permethrin 5%. Krim ini masih cukup mahal dan terbatas ketersediaannya, padahal penggunaannya memerlukan jumlah besar karena harus dioleskan pada seluruh permukaan tubuh penderita, diulang dengan jarak satu minggu, dan juga diberikan kepada anggota keluarga serumah serta orang-orang yang berkontak erat dengan penderita.

https://edukasi.okezone.com/read/2024/03/08/65/2980836/guru-besar-ui-siapkan-aplikasi-permudah-deteksi-penyakit-skabies