Tips Memotret Relief Candi Borobudur untuk Dapatkan Foto Terbaik
20-November-24, 09:40Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional - Candi Borobudur dapat menjadi pilihan memotret bagi kamu pencinta dunia fotografi. Namun, kerap kali kita kesulitan untuk memotret relief yang ada di Candi Budha terbesar di dunia itu.
Pencinta fotografi tak perlu bingung karena fotografer Magelang, Suparno yang pernah ambil bagian dalam memotret relief Candi Borobudur membagikan pengalaman serta tipsnya.
"Untuk memotret relief Candi Borobudur, lihat bulannya dulu," kata Suparno kepada salah satu media nasional, sesuai yang dikompilasi kumpulan berita terkini Selasa (12/11/2019) di rumahnya.
Berikut tips memotret relief Candi Borobudur untuk hasilkkan foto terbaik dari Suparno:
1. Bulan September-Maret posisi matahari berada di selatan candi
Menurut Suparno, posisi matahari pada September-Maret berada di selatan candi. Pada pagi hari pemotretan terbaik untuk bidang relief yang menghadap ke timur dan selatan.
"Pagi itu sekitar pukul 07.00 hingga pukul 10.00 yang paling bagus mas," urainya.
Kemudian, untuk pemotretan relief pada sore hari lebih baik dilakukan pukul 14.00 hingga 16.30 WIB.
"Ini karena posisi matahari yang menghadap ke barat dan ke selatan," katanya.
2. Bulan Maret-September posisi matahari bergerak ke Utara
Selain itu, pada bulan Maret hingga September, menurut Suparno posisi matahari sedang bergerak ke arah utara.
"Pemotretan semua bidang relief yang menghadap ke timur dan ke utara untuk pagi," ujarnya
Sedangkan untuk sore hari, bidang relief akan menghadap ke barat dan utara.
"Untuk jamnya juga sama yaitu pada jam 07.00-10.000 untuk pagi, dan 14.00-16.30 untuk sore hari," tambahnya.
Pada acara Famtrip Jurnalis yang digelar Tim Percepatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada, Suparno juga menceritakan awal mula ketertarikannya dan bagaimana dirinya dapat ambil bagian memotret relief candi.
"Awal saya terjun ke fotografi itu tahun 1973 ketika ada penelitian dari semua penyakit yang ada di batu itu. Sebelum dibersihkan semua itu harus didokumentasikan.
Waktu itu belum banyak orang yang mengerti foto. Mungkin saya dianggap pintar, saya disuruh motret, jadi kebablasan sampai sekarang," kenang Suparno.