Dampak Kebakaran akibat "Flare", Okupansi Hotel Sekitar Bromo Turun 90 Persen
20-November-24, 08:14Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional - Okupansi hotel di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) mengalami penurunan sampai 90 persen. Hal itu disebabkan peristiwa kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jatim, Dwi Cahyono mengatakan, hotel yang mengalami penurunan paling signifikan di daerah Pasuruan, Lumajang, serta Probolinggo.
“Hotel yang berada di atas, di daerah wisata Gunung Bromo terdampak (penurunan) hampir 90 persen,” kata Dwi, ketika dihubungi melalui telepon, Rabu (27/9/2023).
Penurunan jumlah pengunjung hotel itu berlangsung selama dua pekan. Terhitung sejak peristiwa karhutla yang disebabkan oleh flare prewedding di Bukit Teletubbies, Gunung Bromo, Rabu (6/9/2023).
“Penginapan dan hotel yang berada di Gunung Bromo (paling terdampak). Dengan pintu Bromo ditutup otomatis mereka (hotel) juga tutup,” jelasnya.
Dwi menyebut, banyak tamu yang sudah menjadwalkan untuk berkunjung dan menginap akhirnya menunda keberangkatan. Bahkan, beberapa di antarannya membatalkan rencananya.
“Dari jumlah (pemesan) itu 50 persen-nya cancel (dibatalakan), mereka (pengunjung) enggak jadi datang. 50 persen ditunda,” ucapnya.
Lebih lanjut, okupansi hotel di beberapa daerah tempat wisatawan transit juga mengalami penurunan. Namun, angkanya tidak separah wilayah yang ada di kawasan TNBTS.
“Baik hotel maupun restoran yang berada di kota supporting, Surabaya dan Malang terdampak hampir 20 sampai 30 persen,” ujarnya.
Akan tetapi, PHRI Jatim belum menghitung nominal kerugian yang diderita hotel dan restosan di wilayah tersebut. Mereka juga tidak berniat membawa permasalahan itu ke ranah hukum.
"(Sekarang) belum sepenuhnya normal, tapi berangsur-angsur. Ada yang masih tanya saya (terkait karhutla), kami harus memperbarui informasi, bahwa Bromo sekarang sudah bisa dikunjungi lagi,” tutupnya.
Diberitakan sebelumnya, Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Probolinggo AKBP Wisnu Wardana mengatakan, kebakaran di bukit teletubbies atau padang Sabana itu, bermula saat rombongan tim fotografer dan calon pengantin mengadakan sesi foto pre-wedding.
Pemotretan tersebut menggunakan properti flare atau suar. Dalam pemotretan itu, rombongan itu membawa lima flare.
"Saat sesi pemotretan, empat biji flare berhasil dinyalakan, sedangkan satu flare gagal. Satu flare yang gagal dinyalakan lalu meletup," ujarnya, Kamis (7/9/2023).
Dikutip dari Antara, letupan itu mengeluarkan percikan api, lalu membakar rumput kering di savana Bromo.
Petugas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) lantas melapor ke Kepolisian Sektor (Polsek) Sukapura, Kabupaten Probolinggo, tentang adanya kebakaran di padang savana Bukit Teletubbies Gunung Bromo.
Personel kepolisian pun meluncur ke Bukit Teletubbies untuk membantu memadamkan api. Petugas turut mengamankan enam orang yang terlibat dalam kegiatan pemotretan pre-wedding itu.
Polisi kemudian meminta keterangan enam orang tersebut perihal kebakaran di savana Bromo. Setelahnya, polisi menetapkan pria berinisial AWEW (41) sebagai tersangka dalam kasus kebakaran lahan Gunung Bromo.
Warga Kabupaten Lumajang, Jatim, itu bertindak sebagai manajer wedding organizer.