Petani di Lengayang, Pesisir Selatan Curhat ke Mahyeldi, Soal Irigasi Rusak Akibat Bencana
20-November-24, 06:20SETELAH delapan bulan berlalu sejak bencana banjir melanda Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), namun dampaknya hingga kini masih dirasakan oleh masyarakat setempat.
Banjir yang terjadi telah merusak infrastruktur pengairan dan menyebabkan sekitar 2,6 ribu hektare (Ha) lebih lahan sawah terancam gagal panen.
Mantan Camat Lengayang, Jamalus mengatakan, irigasi yang mengalir dari Bendungan Koto Kandis merupakan sumber air utama bagi petani di Lengayang.
"Semenjak banjir melanda, irigasi mati total. Padahal ini adalah sumber mata air utama bagi masyarakat Lengayang," ujar Jamalus dikutip dari rilis, Kamis (19/9/2024) malam.
Harapan besar masyarakat Lengayang tertumpu pada perbaikan Bendungan Koto Kandis yang rusak akibat bencana.
Bendungan ini sangat vital untuk menghidupkan kembali lahan persawahan yang kini telah terbengkalai selama delapan bulan.
“Ini adalah salah satu lumbung padi terbesar di Pesisir Selatan. Namun saat ini, perekonomian kami lumpuh karena sawah-sawah tidak bisa dioperasikan,” tambah Jamalus.
Masyarakat sebelumnya telah mencoba melakukan gotong royong untuk memperbaiki aliran air, namun usaha tersebut tidak berhasil karena bendungan kembali rusak.
Sementara itu, Mahyeldi menegaskan komitmen pemerintah untuk segera memperbaiki bendungan dan irigasi yang rusak.
"Insya Allah nanti, akan didatangkan alat-alat untuk mempercepat pengerjaan agar bendungan ini agar bisa beroperasi sementara," ujar Mahyeldi.
Dia juga menyampaikan, proyek pemulihan irigasi akan dilakukan dalam dua tahap, yakni pemasangan bronjong sebagai solusi sementara, dan pembangunan bendungan yang lebih kuat untuk jangka panjang.
"Bronjong ini untuk memastikan air bisa mengalir kembali agar pertanian masyarakat pulih. Kalau untuk irigasi permanen, itu jangka panjang,” jelasnya.
Proyek jangka panjang ini diperkirakan akan memakan anggaran sebesar Rp1,5 miliar untuk pembuatan Free Intek, sementara untuk pengerjaan akan menghabiskan sekitar Rp30 miliar.
Mahyeldi menekankan, proyek ini adalah prioritas bagi Pemprov Sumbar, mengingat pentingnya kawasan Lengayang sebagai pusat produksi pangan.
Masyarakat Lengayang berharap agar proyek ini dapat berjalan lancar tanpa gangguan. “Kami butuh dukungan dari semua pihak. Ini untuk kita bersama,” imbuh Mahyeldi. (*/rls)