Profil Hokky Situngkir Dirjen Aptika Kominfo yang Baru
20-November-24, 05:23Laporan kumpulan berita terkini dari berbagai media nasional - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi melantik Hokky Situngkir sebagai Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) pada Jumat (19/7/2024).
Ini sesuai Keputusan Presiden RI No. 83/TPA Tahun 2024 tentang Pengangkatan Pejabat Pimpinan Tinggi Madya di Lingkungan Kementerian Komunikasi dan Informatika yang ditetapkan pada Selasa (16/7/2024).
“Kepada Pak Hokky, selamat mengemban tugas untuk mewujudkan visi besar Bapak Presiden Joko Widodo, menuju Indonesia Emas 2045, melalui transformasi digital yang bermakna, memberdayakan, dan berkelanjutan,” ujar Budi Arie, dikutip dari laman Kemenkominfo, Jumat.
Hokky Situngkir menggantikan posisi Semuel Abrijani Pangerapan yang mengundurkan diri pada Kamis (4/7/2024).
Profil Dirjen Aptika Hokky Situngkir
Hokky Situngkir lahir sebagai anak pertama dari tiga bersaudara pada 7 Februari 1978 di Pematangsiantar, Sumatera Utara. Saat ini, dia berusia 46 tahun.
Dilansir dari laman kelompok wirausahawan dunia Ashoka Fellows, Hokky menjadikan kakeknya Liberty Manik sebagai panutan.
Sang kakek merupakan salah satu komposer ternama Indonesia dan peraih gelar doktor seni pertama di Asia. Liberty Manik menggubah lagu kebangsaan "Satu Nusa Satu Bangsa".
Sejak kecil, Hokky suka membaca dan menulis. Saat SMA, dia mulai gemar membaca buku-buku ilmiah. Hokky kemudian tumbuh menjadi penyuka musik, matematika, dan fisika. Dia mengidolakan peneliti Sir Isaac Newton dan Charles Darwin.
Pada 1996, Hokky mengambil jurusan teknik elektro di Institut Teknologi Bandung (ITB). Dia aktif dalam perhimpunan mahasiswa dan mendirikan komunitas pelajar Ganesha 10 Community. Dia juga kerap menulis dan menyerukan reformasi.
Usai lulus, Hokky yang tidak puas dengan gelarnya mulai mendalami teori fisika untuk mengatasi masalah masyarakat.
Pada 2002 dia mendirikan Institut Fe Bandung badan nirlaba untuk mengembangkan studi, pendidikan publik, dan pemberdayaan. Setahun kemudian, dia mendirikan Surya Institute International perusahaan konsultan yang dikembangkan sebagai sumber pendanaan untuk organisasi nirlaba Hokky.
Usai diangkat menjadi Dirjen Aptika, Hokky kini bertugas memimpin dan tata kelola organisasi, serta melaksanakan program prioritas pemerintah.
Hokky diharapkan memberikan peningkatan kualitas perencanaan, akuntabilitas dalam pengelolaan anggaran, pemberdayaan birokrasi, dan penguatan kolaborasi dengan ekosistem.
Dia juga diharapkan menyelesaikan program piroritas yakni pemberantasan judi online, pemulihan Pusat Data Nasional 2 dan ekosistemnya, serta penuntasan regulasi bidang Aptika.
Kemampuan dan prestasi
Hokky merupakan seorang peneliti yang berminat pada bidang teori sosiologi, studi budaya, dunia buatan, psikologi sosial-dinamis, ilmu perilaku, pemrograman berbasis agen, filsafat sains, dan keuangan komputasional.
Dia bekerja sebagai peneliti dan pendiri Bandung Fe Institute, direktur Center for Complexity Surya University, pembina Yayasan Sobat Budaya, pendiri Indonesia Archipelago Cultural Initiatives, dan anggota bidang editor Jurnal Social Complexity.
Dilansir laman Festival Borobudur Writers, Hokky juga seorang penulis. Dia menulis menggunakan ilmu fisika, matematika, komputasi, dan elemen budaya Indonesia. Karyanya termasuk “Fisika Batik” dan “Kode-kode Nusantara”.
Pada bidang teknologi informasi, Hokky merupakan Penasihat Bidang Teknologi Informasi untuk Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman. Terakhir, dia bekerja sebagai tenaga ahli di Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).
Penelitiannya mendapatkan banyak penghargaan Most Prospective Innovations in Indonesia (2009-2011), Ashoka Fellow (sejak 2012), Ahmad Bakrie Award (2011), dan rekor dunia Basis Data Batik secara Matematis dan Geometris dari Museum Rekor Indonesia (Muri pada 2012).
Hokky juga mendapatkan penghargaan nasional HaKI dari Menteri Negara Hukum dan HAM (2013), penghargaan perak Ganesha Innovation Championship Award (GICA 2014) dari Ikatan Alumni ITB, dan dinobatkan Majalah Tempo sebagai Tokoh Penemu Indonesia pada 2012.