Luhut Pede Ekonomi RI Tumbuh 6% di Tengah Pelemahan Global
20-November-24, 01:45Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan Indonesia bakal tetap ngebut pertumbuhan ekonominya saat ini, meskipun pelemahan ekonomi terjadi di berbagai negara maju saat ini.
Luhut mengaku semua pihak pasti paham ekonomi Amerika Serikat dan China yang merupakan dua negara dengan kapasitas ekonomi besar di dunia saat ini masih melemah. Menurutnya, potensi pelemahan itu bisa saja merangsek ke Indonesia.
"Kita paham betul sekarang mengenai keadaan ekonomi global di China melemah karena properti juga. Kemudian di Amerika juga ada pelemahan karena utang mereka juga banyak dan seterusnya. Bagaimanapun kan pasti akan berpengaruh ke kita, tapi ada hal yang kita lupa," beber Luhut dalam unggahan Instagram resminya, @luhut.pandjaitan, Jumat (8/3/2024).
Meski peluang pelemahan itu ada, Luhut sendiri masih optimis perekonomian Indonesia bisa tumbuh subur, bahkan mencapai 6% per tahun. Syaratnya, adalah digitalisasi harus terus dioptimalkan di semua lini.
Luhut juga meminta jangan sampai ada peraturan yang mengunci peraturan lain karena peraturan harus mendukung untuk mencapai tupoksi yang diberikan. Jika seluruh hal tersebut sudah bisa terintegrasi secara maksimal, Luhut yakin Indonesia akan terus mampu bernavigasi dengan baik di tengah-tengah badai besar krisis global.
"Ada hal yang kita lupa, banyak di luar lupa, pemerintah itu sedang melakukan transformasi yang menurut saya masif tanpa kita sadari," ungkap Luhut.
Dia pun mencontohkan keberhasilan transformasi digital yang dilakukan pemerintah. Misalnya saja, sistem belanja barang dan jasa pemerintah berbasis digital atau e-katalog.
Luhut menilai sistem ini dapat membuat belanja negara bisa efisien, bukan hanya sekedar supaya uang itu habis dibelanjakan. Sistem ini juga menutup celah-celah korupsi yang dilakukan pada lini pengadaan barang dan jasa.
"Seperti misalnya e-katalog itu kan transformasi, efisiensi, pembangunan yang berkualitas, pertumbuhan yang berkualitas, spending yang berkualitas, jadi bukan hanya sekadar supaya uang itu habis untuk dibelanjakan , tapi juga sasaran harus jelas," papar Luhut.
Ada juga sistem pendataan pertambangan batu bara, SIMBARA, yang saat ini digunakan pemerintah. Luhut mengatakan sistem ini dapat membantu pemerintah meningkatkan penerimaan pajak dan royalti dari sektor pertambangan.
"Penerimaan pajak dan royalti dari batu bara dengan menggunakan SIMBARA itu kita bisa naik berapa puluh persen penerimaan pajak kita, royalti kita yang dulu itu sulit," jelas Luhut.
Sejak dahulu, Luhut bilang sektor pertambangan memang sulit untuk diawasi karena sulitnya melakukan pengecekan soal data-data pertambangan, misalnya jumlah produksi ataupun data penjualan. Dengan SIMBARA, Luhut mengungkapkan semua data menjadi lebih transparan pengawasan pun lebih mudah.
"Sekarang setiap orang yang punya tambang masuk dalam sistem SIMBARA ini, begitu Anda masuk di SIMBARA ini Anda otomatis akan membayar royalti, membayar pajak dan kemudian kita tahu jumlah produksimu , kadarmu, ekspormu ke mana, kapan, kapal apa, dan seterusnya," tutur Luhut.
Luhut mengatakan sistem pendataan macam SIMBARA juga bakal diterapkan pada pelbagai komoditas sumber daya lainnya yang menjadi andalan Indonesia. Mulai dari nikel, kelapa sawit, bahkan rumput laut.
"Ke depan, kami akan menerapkan hal tersebut untuk nikel, rumput laut, kelapa sawit, dan komoditas lain yang menjadi sumber penerimaan negara lainnya," pungkas Luhut.